Selasa, 06 September 2016

Ydzikir

Ahmad Saifudin:
Ber islam tidak akan pernah bisa total manakala  yang diserahkan itu masih tersisa, dan yang tersisa itulah yang kemudian tak terasa menjadi "milik" kita.

Proses berislam tentu melalui pemahaman yang cukup akan sebuah konsep aqidah.

Aqidah atau pahaman yang diikuti umat umumnya ada 4: Rabithah dengan membayangjan wajah guru; Wahdatul Wujud-tidak ada kewujudan melainkan Allah; Nur Nuhammad-semua makhluk berasal dari Nur Muhammad ( seluruh dzatNya terbagi dua menjadi setengah Nur Muhamnad dan setengahnya lagi Nur Allah); dan konsep Dzatiyah-semua makhluk berasal dan terdhahir dari dzatNya yang sedikit ( sedikit=  bagai setes air di lautan) bukan setengah atau keseluruhan dzatNya.

Dari lakuan konsep konsep itu maka  keadaan fana, yaitu keadaan yang mesti dicapai atas totalitas  penyerahan diri akan berbeda beda.

Dan banyak yang melalaikan diri bahwa dzatNya tidaklah bisa digambarkan seperti apapun, dan oleh karenanya ada orang yang mengaku fana sekaligus mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan, mengaku wusul dan mengaku menjadi rasul, mengaku fana tapi bertemu Nabi atau Wali. Mengaku wusul dengan bertemu guru mursyidnya.....

Keadaan keadaan itu ...sayang malah banyak menjadi tujuan keinginan dan harapan, bahkan banyak yang dengan susah payah wirid ribuan kali untuk mencapai tujuan itu.

Berbeda dengan yang lain, ketika saya dzikirullah hanya satu tujuan dan satu fokus yaitu ingat Allah yang tentu saya jaga agar ketika mengingat Allah itu saya tidak nelihat atau membayangkan apapun.

Demikian juga ketika shalat insaAllah saya kuatkan ingatan dan pandangan mata hati itu hanya kepada Allah meskipun dalam shalat itu saya berdiri rukuk sujud dan membaca doa bacaan shalat..

Kiranya hanya pahaman dzatiyah saja yang dapat membawa seseorang kepada dzikrullah yang benar (dzikir itu mengingat dan didalam mengingat mesti ada aktivitas melihat atau membayangkan).

Dan hanya dzikir yang bermakna mengingat dan melihat itulah perintah untuk terus menerus dan setiap saat kapanpun dimanapun dalam keadaan apapun berdzikir dengan mudah dan enak dapat dilaksanakan.

Perlu saya sampaikan bahwa teman teman yang mengamalkan pahaman dzatiyah ini ibadahnya meningkat drastis, mereka senang sumringah bagaikan kupu kupu yang baru keluar dari kepompongnya meskipun mereka siangnya berpuasa namun tetap bekerja (setiap hari puasa kecuali 5 hari yang dilarang, ada yang puasa Dawud) sehari semalam shalat dengan khudyuk tidak kurang dari 60 rakaat, gemar dan betah membaca Al Quran, melantunkan shalawat Nabi dengan menangis tersedu sedu, dan hati mereka lembut lembut...sangat peka terutama terhadap kesedihan sesama dan suka sedekah dan menyenangkan orang lain.

Waktu mereka habis untuk dzikir shalat mengaji...meskipun sibuk bekerja keras di siang harinya. Mereka asyik Dzikirullah sampai berjam jam......

Alhamdulillah setidaknya ada yang saya pandang....orang orang yang sibuk mendekatkan dirinya kepada Allah...meskipun juga sibuk bekerja untuk keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar