Senin, 22 Agustus 2016

YMaha Meliputi

Allah Maha meliputi segala sesuatu.
Istilah meliputi sering kita artikan berada diluar yang diliputi, seperti dibungkus, dan karena pengertian sederhana seperti dibungkus inilah yang kiranya membuat kita lupa atau sering melupakannya sehingga kita merasa sendiriandan  terlepas dari jangkauan "peliput".

Ada suatau ontoh baik yang dapat "menyalahkan" pemahaman kita akan makna istilah "meliputi".

Jika kita perhatikan dengan seksama "Es-Batu" yang keras bahkan bisa dibentuk berbagai rupa, maka kita akan segera sadar dan paham bahwa yang berbentuk itu adalah sesungguhnya "AIR" saja dan tidak ada unsur lain kecuali air. Dan dengan mudah kita memahaminya bahwa Dhahir-batin Es-batu itu adalah AIR.

Kita masuk kedalam unsur terkecil dari Es-Batu itu ..ya..air juga...dan inilah makna "MELIPUTI". Tidak ada yang keliwatan dari peliputannya, sampai unsur terkecil sekalipun sesuatu adalah didalam peliputanNya juga, dan peliputannya atas semua unsur terkecil darii keseluruhan wujud Es-Batu, bukan hanya sebagian dari wujud Es-Batu itu.

Dan dari contoh itu pula kita mudah memahami "inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uuna".......awalnya dari air, menjadi Es-Batu, mempunyai berbagai bentuk, kemudian  kalau Es-Batu itu rusak dan meleleh Es-Batu itu kembali menjadi air, kembali ke asal."hua al awwalu wa alaakhiru"....Awal sebelum Es batu adalah air, dan akhir kewujudan es batu adalah air juga.

Dan dari contoh itu pula kita mudah memahami "Dia Maha Melihat" Maha mengawasi, Maha Tahu yang kita sembunyikan sekalipun, karena tidak ada unsur lain selain air saja didalam mewujudkan Es-Batu. Tidak ada unsur lain selain dzatNya saja didalam menciptakan keseluruhan makhluk.

Es-Batu adalah wujud pendhahiran sementara dari dzatNya, wujud sementara yang sewaktu waktu kembali  menjadi dzatNya.

yang perlu kita perhatikan agar tidak keliru bertauhid adalah bahwa dzatNya yang dhahir menjadi keseluruhan makhluk adalah bagaikan setetes air dzatNya di lautan dzatNya, hanya setetes air yang tidak mungkin akan menjadi lautan..

wahdatul wujud memahami akulah dzatNya akulah Allah.....ini betul tetapi salah karena merujuk kepada keseluruhan dzatNya, karena mana mungkin setetes air mengaku lautan. dzatNya yang sedikit tidak mungkin menjadi keseluruhan dzatNya.

Paham lain yang lebih "parah" kelirunya adalah paham Nur Muhammad, orang orang yang mengikuti paham ini memahami bahwa sebelum keluar perintah KUN Dzat Allah mesti Allah bagi menjadi dua bagian yang sama, kapan membaginya ya sebelum keluar perintah KUN, dzat itu separo  menjadi dan bernama Nurullah, dan separonya lagi menjadi dan bernama Nur Muhammad, dan Nur Muhammad inilah yang menadi keseluruhan makhluk. dan Separonya yang tidak menjadi makhluk menjadi Tuhan Allah.

Dengan pemahaman Nur Muhammad itu ayat ayat banyak menjadi sulit dipahami:

peliputan Allah tidak menjangkau unsur terkecil dari pendhahiran Nur Muhammad.

Rajiuun titik akhir kembali keseluruhan makhluk harusnya Nur Muhammad,

ya dengan paham Nur Muhammad ini kiranya....penganutnya nggak sadar telah secara halus menuhankan Muhamad saw,  perhatikan selawat ini : ya sayyidii yaa rasululllah ...qad khiilatii adriknii ya Rasulullah......mintanya kepada Rasulullah, selawat serupa juga ada. semoga saya salah

InsaAllah dengan tauhid yang benar akan menjauhkan kita dari kesulitan praktik senantiasa dzikir atas lakuan kita se hari hari, karena begitu dzikrullah...kita seketika akan sadar bahwa dhahir batihin dan semua sampai yang terkecil dari diri kita maupun yang ada disekitar kita yang bersama kita adalah semata mata dzatNya saja, kemanapun kita arahkan andangan kita yang terpandang adalah dzatNya saja.

Dengan kesadaran itu....lenyaplah rasa memiliki apapun, lenyaplah rasa heran, nggumun, takjub pada kehebatan kepintaran orang.....semua itu hanyalah pendhahiran dari dzatNya. nggak adaorang pinter, dukun hebat nan sakti, setengah wali, setengah gila, setengah ngulamak......nggak ada ...yang ada ...yang nampak adalah dzatNya..

Wallahu 'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar