[8/9, 04:50] Ust. Abu Sangkan:
_Faman kaana yarjuu liqa'a rabbihi fal ya'mal amalan shalihan_. Maka barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb nya maka beramalah shaleh.
_Ya ayyuhal insaan innaka kadihun ila rabbika, kadhan fa mulaqihi !_ Wahai manusia, sesungguhnya kalian telah bersungguh sungguh menemui Tuhanmu, maka pasti dapat menjumpai-Nya.
Dua ayat yang sangat penting bagi kita untuk kembali menyadari bagaimana keadaan _shalat tahajjud_ kita, apakah sudah mencapai _liqa'_ perjumpaaan dengan Allah secara benar.
Adakah ruh kita melakukan perjalanan secara hakiki dimana ruh kita benar benar berjalan bukan _hayali,_ serta benar benar ada rasa yang mengalir akibat tarikan _Al inabatu ila daaril khulud wa tajaafi an daaril ghurur wa attahubu lil maut qab nuzulil maut._
Dalil ini bukan ilmu yang akan dilenyapkan oleh kita, karena ilmu ini benar benar ada yang lambat laun hilang pada diri kita dan ruhani kita, jika tidak ada yang menjaganya.
Anak anak kita serta murid kita akan asing dengan ilmu ini disebabkan kita tidak pernah merasakan lalu mengajarkannya kembali.
Islam adalah cahaya bukan suara !! _apakah sama orang yang dibukakan dadanya untuk menerima cahaya dari Rabbnya dengan orang yang tidak dibuka ? Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang yang ditutup hatinya untuk menerima cahaya islam. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata ( al ayat ),_ perbedaan orang yang dibuka dan yang tidak dibuka itu benar benar ada rasanya.
Keadaan ini diperlukan ilmu yang benar, sebab kalau tidak maka akan terjadi penyimpangan pada diri kita.
Cahaya Allah tidak mudah bersinar terhadap diri manusia, karena harus bersyarat _tazkiyyatun Nufus._ Jika tidak, maka yang muncul adalah hawa dirinya.
Kita banyak tertipu dengan getaran hawa yang menjadi daya pada tubuh dan perasaan _Al hissi wal aql_. Tugas kita adalah bagaimana membedakan keadaan ini ?
Jika kita tidak bisa membedakan yang mana getaran dari perasaan dan mana yang berasal dari _dzat mutlaq Allah azza wajalla_.
Kita belum melakukan perjalanan ini secara nyata, kita hanya pandai copas ilmu tanpa melakukan perjalanan yang benar, kita terlanjur menempatkan diri sebagai penyandang _maqam_ kyai atau _ustadz,_ seharusnya _maqam_ jadi jadian ini kita lepaskan agar kita bisa mampu berjalan menemui-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar