Kamis, 14 April 2016

Cara mudah mengenal Allah 1

CARA MUDAH
MENGENAL ALLAH

A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim

1. Pendahuluan

Beragama adalah bertuhan. Sebab, tidak ada agama tanpa Tuhan. Oleh karena itu, pengenalan Tuhan dalam beragama mesti diutamakan. Artinya, semua kegiatan keagamaan akan menjadi sia-sia tanpa pengenalan Tuhan dengan sebenar-benarnya. Bagaimana bershahadat jika Tuhan yang diyakini belum jelas keber-ADA-anNya, sedangkan shahadat ditempatkan di posisi pertama dalam Rukun Islam.

2. Tuhan bernama “Allah”

Manusia mengenal Nama Tuhan karena Dia sendiri memperkenalkan NamaNya. Dalam Surat Muhammad (47) ayat 19 dapat dibaca, “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah ….”. Jadi, Tuhan itu bernama “Allah”.

Banyak keterangan di dalam al Quran yang menyatakan bahwa Tuhan itu bernama “Allah”. Hal ini tidak untuk diragukan. Namun, perlu dipahami bahwa suatu nama adalah nama, yakni sebutan. Nama bukan Tuhan, tetapi adalah nama dari Tuhan. Jika nama itu ditulis dengan menggunakan tinta, ia adalah tinta. Demikian pula jika ditulis dengan menggunakan kapur, ia adalah kapur. Tegasnya, tinta dan kapur bukan Allah, Tuhan manusia.

3. Nama-nama lain dari Allah

Selain ‘Allah’, Tuhan juga memperkenalkan Nama-namaNya yang lain. Di dalam al Quran dan hadis dapat ditemukan 99 nama lain dari Allah, diantaranya:

ar-Rahman, Yang Maha Pemurah (al Faatihah (1) : 3);

ar-Rahim, Yang Maha Pengasih (al Faatihah (1) : 3)

al-Malik, Yang Maha Berkuasa (al Mu’minuun (23) : 116);

al-Quddus, Yang Maha Suci (al Jumu’ah (62) : 1);

as-Salam, Yang Maha Sejahtera (al Hasyr (59) : 23);

al-Mu’min, Yang Maha Terpercaya (al Hasyr (59) : 23);

al-Muhaimin, Yang Maha Memelihara (Al Hasyr (59) : 23);

4. Keinginan mengenal Allah

Supaya dapat mengenal Allah secara lebih baik, yaitu bukan sekadar mengenal Nama saja, maka umat beragama mesti mengawali kegiatan beragamanya dengan kesadaran bahwa pengetahuannya tentang Allah masih sangat terbatas. Kesadaran seperti ini akan memicu keinginan untuk meningkatkan pengenalan Allah secara lebih baik lagi. Belum cukup mengenal Allah hanya dengan meyakini bahwa Dia adalah Penguasa langit dan bumi sambil menunjuk ke langit. Orang yang merasa puas dan merasa telah mengenal Allah cenderung salah mengenaliNya. Rasa puas dapat menghalangi upaya untuk lebih mengenalNya. Padahal, boleh jadi Allah yang dikenal selama ini masih sebatas Tuhan bayang-bayang, yakni Tuhan hasil ciptaan pikiran. Idealnya, pengenalan terhadap Allah harus diupayakan semaksimal mungkin.

Selanjutnya, perlu disadari bahwa pengenalan terhadap Allah hanya dapat sampai pada tahap yang dikehendakiNya. Manusia tidak mampu menguak rahasia ketuhanan lebih dari yang ditentukanNya, walaupun ia menggunakan kekuatan akal yang dikaruniakan kepadanya. Allah adalah Dzat Yang Maha Halus, (al-An‘aam (6) : 103), dan Yang Batin atau Maha Gaib, (al-Hadid (57) : 3). Sedangkan manusia itu makhluk yang lemah dan tak berdaya.

al-‘Aziz, Yang Maha Perkasa (Ali ‘Imran (3) : 62);

al-Jabbar, Yang Maha Berkehendak, (al Hasyr (59) : 23);

5. Mengenal versus mengetahui

Dalam hal pengenalan Allah, perlu dibedakan antara makna kata ‘mengenal’ dan ‘mengetahui’. Mengenal dimaksudkan sebatas kemampuan membedakan. Sedangkan mengetahui tidak saja pada kemampuan membedakan, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang hakikat Allah. Oleh sebab itu, tujuan yang hendak dicapai dalam bahasan ini hanyalah sebatas mengenal Allah. Dengan kemampuan membedakan antara Allah, Tuhan manusia dan yang bukan Allah diharapkan pemahaman tentang keberadaanNya menjadi semakin terang. Manusia selamanya tidak akan mampu mengetahui hakikat Dzat Allah. Dzat tersebut adalah Dzat Mutlak di luar jangkauan penglihatan zhahir dan pengetahuan. Manusia hanya dapat mengenali Nama (Asma), Sifat dan Perbuatan (Af’al)¬Nya. Itupun atas kehendakNya.

6. Peran akal dalam mengenal Allah

Dalil pengenalan Allah telah disampaikan melalui para Nabi dan Rasul yang dapat ditelusuri kebenarannya melalui ayat-ayat di dalam al Quran. Dalil itu bahkan telah pula dijabarkan dengan jelas. Tinggal manusia memperhatikannya dengan sungguh-sungguh dan dengan menggunakan akal (Saad (38) : 29). Artinya, peran akal dalam mengenal Allah adalah untuk memahami keterangan tentang Dia. Sebagai contoh, dalam Surat al-Baqarah (2) : 186 diterangkan bahwa Tuhan yang bernama Allah itu dekat. Pertanyaan yang mesti dijawab dengan menggunakan akal adalah: ‘Sedekat apakah keberadaan antara Dia dengan makhlukNya?’ Jawaban atas pertanyaan itu dapat diperhatikan melalui Surat Qaaf (50) : 16, bahwa keberadaan Allah lebih dekat dari pada urat leher.

Dari pengertian ini, perlu dipahami bahwa makna mendekatkan diri kepada Allah seperti yang sering disebutkan dalam al Quran (al Maa’idah (5) : 35), bukan dalam makna jarak. Manusia tidak mungkin lebih dekat lagi dengan Allah dalam makna demikian. Allah itu Gaib. Dia adalah Dzat Yang Maha Suci, maka makna mendekatkan diri dalam konteks ini adalah mensucikan diri dari perbuatan syirik dan tercela. Allah itu Maha Sabar, maka makna mendekatkan diri adalah menaati ketentuanNya dengan sabar. Dia Maha Penyayang, maka arti mendekatkan diri adalah menyebarkan kasih sayang kepada sesama makhlukNya, dan seterusnya. Singkatnya, berbuat baik atau beramal saleh adalah salah satu syarat untuk menemui Allah, (al-Kahfi (18) : 110).

Dalam Surat al-Hajj (22) : 16  tertera: “Dan demikianlah Kami telah menurunkan al Quran beberapa ayat yang terang, dan sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki”. Adapun orang yang dikehendaki untuk memperoleh petunjuk dimaksudkan dalam ayat ini pada dasarnya adalah semua manusia tanpa kecuali. Maha Suci Allah dari membedakan hambaNya. Dia hanya menilai ketakwaan si hamba, (al-Hujaraat (49) : 13). Al Quran telah diturunkan untuk semua manusia, yakni peringatan bagi semesta alam, (at-Takwir (81) : 27). Jika kenyataannya bahwa manusia tidak mengenal Tuhan, hal itu disebabkan oleh kelalaian dari dirinya sendiri dalam memahami ayat-ayat Allah. Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."  (Saba’ (34) : 50).

Lalai atau tidaknya seseorang disebabkan oleh kehidupannya yang belum seimbang. Sedangkan keseimbangan yang dimaksud adalah antara kebutuhan jasad (perut: makan), mental (otak: pengetahuan) dan emosional (hati: sabar) serta spiritual (ruh: mengenal Allah). Orang yang hanya berusaha memuaskan kebutuhan jasadnya akan tertinggal dalam kebutuhan lain: mental, emosional dan spiritual. Sedangkan orang yang hanya berusaha memuaskan kebutuhan mentalnya akan tertinggal dalam kebutuhan lainnya: jasad, emosional, spiritual dan seterusnya. Pengabaian salah satu dari kebutuhan itulah yang dimaksud dengan ketidakseimbangan. Tidak mengenal Tuhan terjadi akibat dari pengabaian kebutuhan spiritual.

Al Quran telah diturunkan sebagai pedoman bagi manusia dan petunjuk bagi yang beriman, (al-Jaasyiah (45) : 20). Selanjutnya manusia yang beriman diharapkan menjadikan al Quran sebagai pedoman. Namun disebabkan kelalaian manusia, al Quran justru difungsikan sebagai koleksi, syair yang disenandungkan dan penangkal santet, bahkan tidak jarang al Quran dibacakan kepada mayat.“Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang yakin” (al-Jassiyah (45) : 20).

7. Kelalaian mengenal Allah

Kelalaian memahami al Quran dalam rangka mengenal Allah bermula dari kelalaian perorangan atau individu. Kelalaian demikian adalah kelalaian dari seseorang yang terjadi karena ia tidak berusaha mengenal Allah secara bersungguh-sungguh. Selain kelalaian perorangan adalagi kelalaian kolektif, atau kelalaian bersama antara pendakwah dan umat yang didakwahi. Kelalaian tersebut tampak dari materi dakwah yang secara umum hanya berkisar soal pahala-dosa, halal-haram yang diramu dengan politik praktis untuk mendapatkan kekuasaan. Akibatnya, pengenalan tentang Allah yang merupakan titik awal beragama jarang disentuh, apalagi untuk sampai pada tahap merasakan keberadaan Allah. Oleh sebab itu, untuk mengenal Allah manusia mesti kembali kepada al Quran, karena “Siapa berpaling dari al Quran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat” (Taahaa (20) : 100).

8. Peran usaha dan doa menuju Allah

Al Quran mesti dikembalikan kepada fungsinya sebagai pedoman untuk dipahami, khususnya untuk mengenal Allah. Sudah semestinya secara ikhlas setiap orang mengakui dari lubuk hatinya yang paling dalam, bahwa ia memang tidak akan mampu mengenal Allah, kecuali atas petunjukNya. Untuk itu, selain dengan berusaha memahami ayat-ayat al Quran, yakni menggali makna terkandung di dalamnya secara terus-menerus, setiap orang mesti memohon pertolongan Allah dengan bersungguh-sungguh agar dapat mengenaliNya secara benar. Di sinilah letak perpaduan antara usaha dan doa. Sebagai khalifah di muka bumi manusia mesti bekerja, yakni dimulai dengan memahami ayat-ayat al Quran yang tertulis dan tersirat. Sedangkan sebagai hamba yang lemah ia mesti banyak berdoa. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (al-‘Ankabuut (29) : 69).

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (al Maa’idah (5) : 35).

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepadaKu, niscaya Ku perkenankan bagimu, ….” (al-Mu’min (40) : 60).

“... Dan barangsiapa beriman kepada Allah, Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah mengetahui segala sesuatu” (at-Taghaabun (64) : 11).

“Dan orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (Muhammad (47) : 17).
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti benar” (az-Zaariyaat (51) : 5).
Dari ayat2 di atas terlihat bahwa, jika manusia beriman dan berupaya serta berdoa sungguh-sungguh, Allah menunjukinya tentang cara mengenaliNya. Janji Allah pasti akan dipenuhiNya. Tanpa memahami ayat2 Allah scr benar, yakni pemahaman dgn mengharapkan petunjukNya, manusia tidak dapat mengenal Allah. Dgn kata lain, mengenalNya hanya berhasil atas petunjukNya. Sdngkan Tuhan tdk menunjuki seseorang jika ia tidak beriman kpd ayat2Nya.16:104. Org itu akan diazab 29:23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar