Rabu, 27 April 2016

Rasulullah .menjawab salam

*RASULULLAH MENJAWAB*

Ketika Tasyahhud kita mengucapkan kalimat _Assalaamu ‘alaika Ayyuhannabiyyu_ (salam sejahtera atasmu wahai Nabi)… ucapkan salam atas Nabi dan yakinlah bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam membalas salam Anda. Nabi bersabda:

 وَقَالَ : {مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيَ حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ}

_“Tidaklah seseorang mengucapkan salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruhku kepadaku sehingga aku membalas salamnya.”_

(HR. An-Nasa’i Al-Hakim 2/421. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih An- Nasa’i 1/274).

Dalam redaksi lain:

ما من عبد يصلى ويسلم علي إلا رد الله علي روحي فارد السلام

_“Tidak ada seorang hamba pun yang mengucapkan salam dan shalawat atasku, melainkan Allah kembalikan ruhku agar aku membalas salamnya”._

Senin, 18 April 2016

Larangan Al Quran angkat pimpinan kafir

📝 Yang mengaku Orang Islam tolong Camkan ini...., Sebelum azab Allah menimpa karena tidak mengindahkan Peringatan Allah di dalam Al Qur'an:...

1. Al-Qur’an melarang jadikan orang kafir sbg PEMIMPIN : Aali Imraan : 28, An-Nisaa’ : 144, Al-Maa-idah : 57,

2. Al-Qur’an melarang menjadikan orang kafir sebagai PEMIMPIN walau KERABAT sendiri : At-Taubah: 23, Al-Mujaadilah: 22,

3. Al-Qur’an melarang menjadikan orang kafir sebagai TEMAN SETIA : Aali Imraan : 118, At-Taubah: 16.

4. Al-Qur’an melarang SALING TOLONG dengan kafir yang akan MERUGIKAN umat islam : Al-Qasshash : 86, Al-Mumtahanah: 13.

5. Al-Qur’an melarang MENTAATI orang kafir untuk MENGUASAI muslim : Aali Imraan : 149 – 150.

6. Al-Qur’an melarang beri PELUANG kepada orang kafir sehingga MENGUASAI Muslim : An-Nisaa’ : 141

7. Al-Qur’an memvonis MUNAFIQ kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin : An-Nisaa’ : 138 – 139.

8. Al-Qur’an memvonis ZALIM kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin : Al-Maa-idah: 51.

9. Al-Qur’an memvonis FASIQ kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin : Al-Maa-idah: 80 – 81.

10. Al-Qur’an memvonis SESAT kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin : Al-Mumtahanah : 1

11. Al-Qur’an mengancam AZAB bagi yang jadikan kafir sebagai pemimpin/ teman setia : Al-Mujaadilah : 14 – 15.

12. Al-Qur’an mengajarkan doa agar muslim tidak menjadi SASARAN FITNAH orang kafir : Al-Mumtahanah : 5.

Ya Allah, Ya Tuhan kami, sungguh telah kami sampaikan FirmanMu. Kami memohon ampun serta berlindung kepadaMu.

☝☝☝☝☝☝☝☝

Silahkan share, untuk menyelamatkan saudara2 kita yg belum mengetahuinya.

Hawa & Nafsu

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فإن الجنة هي المأوى

Benar sekali Ibu Ina jihad "Nafs" adalah jihad akbar. sebagai mana firman Allah :

Dan adapun orang2 yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah balasannya. (Surat An-Nazi'at 40-4) 😭

Wudhu

Mempraktekkan wudhu dengan tuma'ninah,nanti anda akan merasakan rahasianya, ketika takbir sudah terasa...

Khusyu' itu adalah takut kepada Allah termasuk sikapnya tuma'ninah, takut itu artinya hormat, sayang, cinta, taakut ditinggalkan Allah, takut tidak diterima Allah, takut Allah tidak mencintainya, orang yg takut pasti mengikuti yg ditakutinya, maka kulitmu akan bergetar.

Untung kita punya Alqur'an dan nabi sehingga ketika takbiratul ihram akan terasa, dari bacaan sholat mengarahkan ke ma'rifatullah.

Pernyataan kepada Allah, seandainya didialogkan "Inna sholati wa nusuki wamahyaya wamamati...". Berapa banyak orang yg bohong dengan pernyataannya ini? Berapa ribu kali mengatakan itu dan berbohong semua?

Baru kita baca alfatehah, bismillaahirrahmanirrahiim...suasana batin tidak melamun karena setiap bacaan alfatehah ada rasanya.

Iyya ka dhomirnya anta, batinul mukasyif wal mukasyaf yaitu batin yg menyingkap dan yg disingkap.

Ketika kita mengucapkan alhamdulilaahirabbil'alamin...maka Allah menjawab hambaku memujiku.., sunnahnya tunggu sejenak jawabburrobi. Waqafa tunggu dulu untuk menunggu jawaban dari Allah.

Kata nabi jika engkau melakukannya maka engkau akan mendapatkan qurrota'ayun.., lunak hati.

Ketika engkau takbiratul ihram, ruhmu akan ditarik oleh Allah swt itulah khusyu', bukan baik tapi dibaikkan, bukan sabar tapi disabarkan oleh Allah, bukan khusyu' tapi dikhusyu'kan oleh Allah.

Ketika engkau masuk ke alam khulud maka, seperti yg diajarkan Rasulullah "Al inabatu ila daril khulud wattajafi andaaril ghurur, fi jannatil ajilaah... Surga yg didahulukan, orang ahli surga maka akan tampak perilakunya orang surga.

Barang siapa yg ingin berjumpa dengan Tuhannya maka lakukan amalan sholeh...

Orang surga itu sudah bahagia di dunia, jangan sampai kita gelisah sedikitpun karena gelisah adalah tanda dari makhluk neraka.

Khusyu' adalah menempel dengan tuma'ninah, khusyu itu nempel kepaada syariat, manis itu nempel di gula, syariat dengan khusyu'nya itu nempel, mengapa selama sholat ini tidak khusyu'?

Karena kita tidak tuma'ninah, Karena tidak paham dengan ayat alladzi yaroka hina takumu watakallubaka fissajidin. Allah melihatmu ketika pergerakanmu menuju rukuk dan sujud

Pak abu sedang membahasi kitab al baghowi, yaitu ketika rasul membacakan afaman sarahallahu lil islam, apakah sama orang yg dibuka hatinya oleh Allah?  Maka celakalah orang yg tidak mau berdzikir hatinya kepada Allah, ula ika fi dholalim mubin...

Pak abu mengatakan betapa pentingnya berdzikir kepada Allah, sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasul bagaimana aku bisa merasakan cahaya itu masuk kedalam dada? Rasulullah menjawab, jika cahaya Allah itu masuk ke dadamu maka engkau akan merasakan insyaraha wan fasaha. Sahabat pun masih bertanya lagi, "Wama alamatu dzalik?". Apa tandanya dibuka dada ini? Rasulullah menjawab, "Al inabatu ila daril khulud wattajafi andharil ghurur".

Kalau anaba yunibu... Allah lah yg menarik, ini yg susah.

Syaratnya apa? Famankana yarju liqoarobbi falya'mal 'amalan sholehan.

Bagaimana rasanya? Maka rasanya seperti yg dikatakan Rasulullah ketika berkata kepada bilal, "Ya Bilal, arihna bi sholah" istirahatkan kami dengan sholat ya bilal.

Jazakumullah Khairan katsiran Ust. Abu. Ilmu inilah yg semestinya dipelajari, dihayati, difahami, ditekuni, dengan cara Mujahadah wa Tazkiyah tiada henti, sehingga turun rahmat Allah, kasih sayang Allah, dengannya kita nikmat merasakan suasana rohani yg sakinah.

Seperti Ust Abu katakan, nanti orang2 Ashiddiqun dalam ibadah mereka ketika bertemu diakhirat akan meminta kembali ke dunia karena begitu nikmatnya ibadah mereka... Ya Rabb.

Minggu, 17 April 2016

Aql bukan minda

Pak Yunar yang baik.

Aql itu semakna dengan qalb, alias diri sejati. Kan ini sudah dipahami banyak pejalan spiritual. Ada sang pengamat dalam diri ini kan? Yang bahkan bisa membaca gerak perasaan? Itulah dalam bahasa ust Hussien "minda". Bukan otak.

Bacalah di  penjelasan Ihya dari Prof Naquib Al Attas.

Kita tidak ngomongin otak.

Adapun otak, atau jantung, sama sekali bukan bahasan, karna itu adalah jasad.

Yang dibahas adalah yg ruhani. Bahasa ghozalinya lathifah ruhiyah rabbaniyah.

Qalb yg ruhani ini yg mengingat Allah.

Saat mengingat, bukan menyelami ruang perasaan dalam dada. Tapi menjaga gerbang ingatan agar tak dimasuki selain ingatan pada Allah.

Menjaga Ingatan bukan menyelami perasaan.

Karna menjaga ingatan itulah maka sang pengamat ini fokus ke dalam fikirannya sendiri dan mengunci fokusnya pada ingatan pada Allah.

Adapun rekan2 yg menggunakan metoda menyelami perasaan di dada mereka, ya boleh boleh saja.

Tapi lama kelamaan, zikir yg fokus ke dada akan naik ke atas juga hingga tinggal maknanya saja, hilang kata2.

Di tarikat menyebutnya zikir sirr.

Janganlah mengatakan "menjadi insan yang berkutat di wilayah otak". Bahasan aku sejati dan sang pengamat itu kita insyaAllah paham. Ya itulah bahasanya nelayunya minda. Bukan otak.

Minda maksudnya adalah yg ruhani. Bukan yg fisik. Lathifah ruhiyah rabbaniyah.

Tinggal apakah minda akan fokus mengingat Allah ataukah menyelami tirai perasaan satu demi satu.

Dua duanya metoda. Pahami saja pendekatan keduanya. Dan jalankan yang lebih praktis buat kita.

Jumat, 15 April 2016

Allah utus untuk kita bantu

Renungan Pagi

"JANGAN TAKUT DIMINTAI TOLONG"

💐Ada seorang teman datang berkunjung ke sebuah perusahaan, pas dia melewati pintu gerbang melihat tulisan, "Tidak Menerima Permintaan Sumbangan dari Pihak Mana pun."

💠Teman yg juga seorang motivator tsb, langsung berkomentar kepada si pemilik perusahaaan....
"Ganti Pak tulisan ini..."
"Ganti sama apa?"
Ganti dgn.."Siapa pun yg butuh sumbangan, silakan kemari saja."

💥Tentu saja komentar itu disambut dengan tawa. 
"Nanti pada dateng dong minta sumbangan."
"Biarin aja" 
Itu kan tandanya rezeki. 
Semakin banyak yang dateng, maka semakin banyak rezeki.
Lagian, enggak mungkin Allah mempertemukan orang yg susah dgn kita, kalau kita enggak bisa bantu. 
Jadi kalau didatengin sama yang susah, itu tandanya Allah sudah mempersiapkan kita utk bisa membantu".

❎Banyak orang takut didatengin orang susah. Karena seringkali logika berpikirnya, mereka yg butuh, bakal ngerepotin. Padahal, kita yg butuh mereka.

Suatu hari Rasulullah memberitahu para sahabatnya, bahwa orang2 miskin nanti akan memiliki kekuasaan. 
Sahabat bertanya, "kekuasaan apa ya Rasul?" 
Rasulullah menjawab, "Di hari kiamat, nanti akan dikatakan kepada mereka, tariklah mereka yang pernah memberimu makan walau sesuap, minum walau seteguk, pakaian walau selembar. Peganglah tangannya dan 
tuntunlah ke surga." Masya Allah!!! Dan salah satu kekuatan orang susah, orang miskin, orang yg terzolimi, doanya makbul dan cepat dikabulkan.

💦
Semoga kita semua tergolong insan mukmin yg gemar dan mudah menolong. 💦

Tebarkan kebaikan niscaya kebaikan akan kembali padamu.....

Robbana Taqobbal Minna.
Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami), aamiin.

Semoga Bermanfaat.....

Kamis, 14 April 2016

Cara mudah mengenal Allah 3

16. Yang Zhahir dan Yang Batin

Apakah Yang Zhahir? Yang Zhahir adalah Af’al, yakni tindakan, perbuatan atau kekuasaan dari Dzat Yang Hidup yang dapat dipersepsi melalui panca indera.

Dengan kata lain, Yang Zhahir adalah perwujudan atau manifestasi dari keberadaan Dzat Yang Batin.

Keberadaan Yang Zhahir tanda adanya Yang Batin. Tidak ada Yang Zhahir jika tidak ada Yang Batin. Kemana manusia menghadap, maka di situlah wajah Allah, (Lihat al-Baqarah (2) : 115).

Apakah Yang Batin? Yang Batin adalah Dzat Yang Hidup Kekal dan tidak terlihat. Manusia selamanya tidak pernah melihat Dzat Allah Yang Hidup dengan mata zhahir (al-An‘aam (6) : 103). Yang terlihat mata zhahir adalah tanda-tanda kekuasaanNya (Az-Zaariyaat (51) : 20 dan 21).

Dzat Allah, Yang Hidup adalah rahasia bagi manusia. Manusia cukup sebatas mengenal Af’al, Asma dan Sifat dari Dzat Yang Hidup Kekal serta meyakini keberadaan Dzat itu dan kemudian mematuhiNya. Yang Batin dapat diyakini keberadaanNya melalui Yang Zhahir, yaitu tanda adanya Dzat Yang Hidup pada alam dan makhluk seperti difirmankanNya.

“Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat, maka kemana saja kamu menghadap disitu wajah Allah ….” (Al-Baqarah (2) : 115).

“Wajah Allah” yang dimaksudkan pada ayat, Al-Baqarah (2) : 115 adalah tanda dari keberadaan, kebesaran atau kekuasaan sebagai manifestasi perbuatanNya. Itulah bukti dari keberadaan Yang Batin. Namun yang zhahir, yakni yang terlihat melalui mata zhahir di setiap ufuk bukanlah Dia yang sedang ditelusuri keberadaanNya. Wajah Allah pada ayat di atas tidak sama dengan wajah manusia. Wajah itu, antara lain untuk diartikan sebagai Af’al, seperti pohon melambai, burung beterbangan, hujan turun dan ombak memecah di pantai. Semua itu menandakan keberadaan Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Menggerakkan. Itulah kehidupan.

Konsep di atas mudah dipahami dengan memperhatikan air yang beriak dalam kolam yang menandakan di dalam kolam tersebut ada ikan. Tetapi riak air bukanlah ikan, melainkan hanya tanda. Sebab, ikan bukan air. Dzat Yang Hidup bernama Allah tidak menyerupai siapa dan apa pun. Tiada yang setara dengan Dia.

“….Tidak sesuatupun yang serupa dengan Dia….” (Asy-Syuuraa (42) : 11).

Keberadaan alam ini menandakan adanya Dzat Yang Menjadikan dan Memelihara. Pohon yang terlihat hidup adalah tanda bahwa pada pohon itu ada kehidupan yang hanya dapat dihidupkan oleh Dzat Yang Maha Hidup. Demikian juga pada makhluk lain, seperti nyamuk dapat terbang karena pada nyamuk terdapat kehidupan yang hanya dapat ditimbulkan oleh Dzat Yang Hidup.

17. Asma, Af’al, Sifat dan Dzat Allah

Allah, Dzat Yang Hidup Kekal memiliki Asma (Nama), Af’al dan Sifat. Sedangkan DzatNya adalah Gaib, yakni Yang Batin. Yang dapat dikenali terlebih dahulu adalah Af’alNya, seperti langit ditinggikan tanpa tiang dan matahari digantung tanpa tali. Itulah perbuatan atau kekuasaanNya (Af’al-Nya). Dari Af’al ini dapat dikenali AsmaNya seperti al-Muqtadir, Maha Kuasa (al-Qamar (54) : 42).

Disebabkan Asma dan Sifat berhubungan, maka dari Asma Allah: ‘Maha Kuasa’ dapat pula dikenali SifatNya, yakni juga Maha Kuasa. Dia kuasa meninggikan langit, menghamparkan bumi dan menjadikan matahari bersinar.

Sifat Allah tidak terpisah dari AsmaNya. Sebagai misal, ketika seseorang menyebut sebongkah batu es, secara langsung dapat dihubungkan antara nama dan sifat. Batu es adalah nama dari sebongkah benda keras dan dingin. Demikian pula apabila disebut api, maka langsung akan tergambar di dalam pikiran benda kemerah-merahan yang sifatnya panas membakar.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al Quran itu adalah benar. …” (Fussilat (41) : 53).

Mengenal dan meyakini keberadaan Dzat Yang Hidup Kekal pada sekujur tubuh hendaklah sampai dirasakan keberadaanNya, sampai dipersaksikan NurNya dan sampai diperdengarkan KalamNya. Manusia sebaiknya tidak membahas Dzat Allah secara berlarut, sebab manusia tidak akan mampu. Asma adalah Nama Allah; Sifat adalah Sifat Allah dan Af’al adalah Af’al Allah.
“Allah tidak dapat dicapai penglihatan, sedangkan Dia meliputi penglihatan dan Dia Maha halus”, (Al-An‘aam (6) : 103).

Perlu dipahami sekali lagi, bahwa Dzat Allah itu Gaib. Dan disebabkan oleh kegaiban, maka Dzat tersebut tidak dapat dicapai mata zhahir. Lebih lanjut dapat pula dijelaskan, tidak terlihatnya Dzat itu dikarenakan Dzat itulah yang mengaruniai penglihatan saat manusia melihat.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”, (Al-Insaan (76) : 2).

Dzat Allah tidak untuk dipahami bertengger secara fisik pada hati di dalam dada, namun keberadaanNya dapat diyakini melalui hati yang di dalam dada. Seperti kegaiban Dzat Allah, maka demikian pula halnya dengan hati atau kalbu yang disebut di atas, ia bukan hanya untuk diartikan secara sempit, yakni sekadar sepotong daging yang di rongga dada. Hati memiliki arti sangat luas, bagaikan sebuah cermin yang dapat memantulkan dunia lain.

Untuk memahami betapa luas pandangan mata hati, terlebih dahulu perhatikan betapa luasnya pandangan yang terlihat melalui mata zhahir. Bola mata bergaris tengah lebih kurang dua senti meter ternyata dengan izinNya dapat melihat sebuah meja walaupun ukuran meja itu jauh melebihi besar bola mata. Apabila pandangan mata diarahkan jauh ke depan, maka bola mata yang kecil tadi bahkan dapat memuat alam yang luasnya sekian kilo meter. Dapat dibayangkan jika pandangan diarahkan ke langit, pandangan itu dapat mencapai jarak puluhan kilo meter.

Sebaliknya kemampuan mata batin atau mata hati yang dikaruniai untuk melihat, ternyata jauh melebihi kemampuan mata zhahir. Penglihatan mata hati tidak terhalang kebendaan, seperti dinding beton, pagar dan lain-lain.

Selanjutnya melalui FirmanNya, Dzat Yang Hidup memperkenalkan keberadaanNya melalui ayat: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa; tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah (2) : 163).

18. Ke-Esaan Allah

Dzat Yang Hidup itu Esa, tiada duanya. Salah satu cara memahami ke-Esa-an-Nya adalah dengan memperhatikan warna langit yang tetap biru walaupun langit tersebut dilihat oleh satu, dua, tiga, seratus, atau seribu orang lebih, bahkan untuk jumlah yang tak terhingga. Warna biru adalah perumpamaan atau cara untuk memahami ke-Esa-an Dzat Yang Hidup.

Contoh lain dari memahami konsep keesaan adalah dengan memperhatikan refleksi diri di dalam beberapa buah kaca. Walaupun diri itu hanya satu, namun keesaan diri tersebut dapat terefleksi dalam beberapa bentuk dalam bayangan kaca. Dari uraian ini, maka timbul pertanyaan yang tidak kalah pentingnya. Jika Dzat itu Esa, bagaimanakah pemahaman akrabnya Dzat pada makhlukNya, yakni pada manusia? Dzat Yang Hidup itu Esa, yaitu keesaan dari Dzat Yang Hidup. Yang banyak adalah tempat Dia menampakkan keberadaanNya.
Keterangan tentang keesaan Dzat dapat digambarkan dengan istilah “Melihat Yang Satu dalam yang banyak”. Dalam hal ini, yang perlu dilihat adalah hakikat dari yang banyak itu sendiri. Sebagai contoh, hakikat dari ombak, gelombang, riak dan buih sebenarnya adalah air. Jadi Dzat sesungguhnya adalah hakikat, yang sebenarnya atau Yang Haq.

Memahami konsep ketunggalan dapat pula digambarkan dengan memberikan sebutan 01 (kosong satu) terhadap angka nol di depan angka satu, dan sebutan 10 (satu kosong atau sepuluh) terhadap angka satu di depan angka nol. Tetapi ketunggalan Dzat tidak memiliki sebutan, yakni seperti angka satu di dalam angka nol. Ia bukan 01 dan bukan pula 10. Angka nol (0) lambang jasad, sedangkan angka satu (1) adalah ketunggalan Dzat Yang Hidup. Jika Dzat Yang Tunggal, Hidup Kekal dan lebih dekat dari urat leher itu berpisah dengan wadah (jasad), maka jasad itu tidak lebih adalah setumpuk daging yang tidak berdaya.

Itu semua adalah KETERANGAN dan PERENUNGAN tentang Allah, BUKAN Dia. Dengan kata lain, semua itu adalah PENGETAHUAN. Sedangkan untuk mendapatkan ILMU mesti dibimbing oleh seorang Guru Mursyid.

Cara mudah mengenal Allah 2

9. Mengenal Allah melalui ayat Kursi

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang sering menunjuk ke atas atau langit jika yang ia maksudkan dalam pembicaraannya adalah Allah. Ucapan seperti: ‘Terserah kepada yang di atas’ adalah salah satu bentuk pernyataan yang dapat dimaknai bahwa Allah berada jauh dari makhlukNya, yakni di langit. Persangkaan seperti ini bertentangan dengan keterangan tentang Allah seperti dijelaskanNya melalui firman yang terang. Allah itu berada dimana saja manusia berada (al-Hadid (57) : 4), Dia Maha Dekat (Saba’ (34) : 50), Dia lebih dekat dari pada urat leher (Qaaf (50) : 16) dan sebagainya. Makna kata langit, seperti Allah berada di langit untuk diartikan keagungan atau ketinggian dalam pengertian derajad, bukan tempat.

10. Allah versus manusia

Apakah manusia itu Tuhan? Tidak! Manusia hanyalah kehidupan, karena ia tidak kekal. Manusia hanya mengaku hidup, padahal sesungguhnya ia dihidupkan oleh Dzat, Yang Hidup. Pada suatu saat ia akan dimatikan (an-Najm (53) : 44). Karena keberadaan Yang Hidup Kekal sangat dekat dengan manusia, maka manusia dapat beraktivitas seperti: melihat, tidur, makan, mandi dan bekerja. Rangkaian aktivitas demikian disebut kehidupan.

Alasan lain yang membantah manusia bukan Allah adalah bahwa Allah, Yang Hidup Kekal tidak dapat dicapai mata (al An’aam (6) : 103). Sedangkan manusia berada dalam jangkauan penglihatan mata.

“Allah tidak dapat dicapai penglihatan, sedangkan Dia meliputi penglihatan dan Dia Maha halus”, (al-An‘aam (6) : 103).

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhlukNya)….” (Taahaa (20) : 111).

“Dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” (an-Najm (53) : 44).

Selain bersifat kekal, Pemilik nama Allah atau Yang Hidup Kekal tersebut senantiasa mengurus makhlukNya. Dengan demikian, manusia sebagai salah satu makhlukNya diurus dan diatur oleh Yang Hidup Kekal. Siapakah yang melangkahkan kaki dan mengayunkan tangannya ketika manusia diperjalankan? Siapakah yang mengedipkan mata? Siapakah yang memperdengarkan bunyi? Siapakah yang mengatur segala urusan? Jawabnya, Yang Hidup Kekal bernama Allah.

“….dan siapakah yang mengatur segala urusan? Mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?’ ” (Yuunus (10) : 31).

Dari ayat di atas dapat pula dipahami bahwa Pemilik Nama Allah atau Yang Hidup Kekal itu tidak mengantuk dan tidak tidur. Tanda bahwa Dia terus menerus mengurus makhlukNya, tidak tidur dan Maha Dekat terlihat pada naik turunnya nafas ketika seseorang sedang tidur. Dalam ayat itu tertera keterangan batasan yang jelas antara manusia dan Allah. Manusia itu tidur sedangkan Allah tidak tidur apalagi mengantuk. Manusia bukan Tuhan termasuk Fir’aun sekalipun, karena manusia dan juga Fir’aun mengalami tidur dan mengantuk. Allah selalu dalam kesibukan namun tidak pernah lelah.

11. Dzat adalah Yang Hidup

Siapakah Yang Hidup, Pengatur dan selalu mengurus makhlukNya?

Jawabnya adalah ‘Dzat’. Dialah yang mengatur segala urusan. Dialah Tuhan manusia. Tidak ada lagi Tuhan selain Dzat Yang Hidup Kekal itu. Selain itu adalah kesesatan. “Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan. Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yuunus (10) : 32).

Itulah Dia Tuhan manusia. Kata “Dzat” seperti ditemukan dalam terjemahan di atas adalah kata tambahan yang dipakai sebagai tempat melekatkan sebutan Yang Hidup Kekal dan Maha Pengatur. Dengan kata lain, Dzat adalah Yang Hidup. Dzat yang dimaksud bukan berarti zat kimia seperti zat arang atau kapur. Maha Suci Tuhan Yang Hidup Kekal dari semua persangkaan. Pemilik Nama Allah atau Yang Hidup itu Gaib dan Maha Suci. Keterangan Dzat dimaksudkan Surat Yuunus (10) : 32 tertera pada ayat sebelumnya.

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?’” (Yuunus (10) : 31).

12. Allah mengurus makhlukNya

Dari penjelasan di atas, Allah adalah Dzat Yang Hidup Kekal yang selalu mengurus makhlukNya, seperti:

1.menjadikan manusia mengantuk, (al-Anfaal (8) : 11)

2.menidurkan dan membangunkan manusia, (al-An’aam (6) : 60)

3.menyembuhkan ketika sakit, (asy-Syu’araa (26) : 80)

4.menjadikan manusia tertawa dan menangis, (an-Najm (53) : 43)

5.melapangkan dan menyempitkan rezeki, (az-Zumar (39) : 52)

6.memberi makan dan minum, (asy-Syu’araa (26) : 79)

7.mematikan dan menghidupkan, (an-Najm (53) : 44)

8.menjadikan manusia dari segumpal darah (al-‘Alaq (96) : 2)

9.mengajar manusia berbicara, (ar-Rahmaan (55) : 4), dan seterusnya.

13. Mengenal Allah melalui perumpamaan

Sangat penting disadari bahwa perumpamaan apapun untuk mengenal Allah adalah upaya mendekatkan kepada pemahaman, bukan mengumpamakan Allah. Dia, Yang Hidup tidak dapat diumpamakan. Sebab, Pemilik nama Allah tidak ada duanya, keberadaan-Nya Tunggal.

Sebagai ilustrasi, penjelasan dari pengenalan Allah dapat diumpamakan seperti penjemputan seorang tamu yang baru mendarat di bandara. Tanpa ciri yang cukup dari tamu yang dijemput, dipastikan sulit menemukan tamu itu. Tetapi jika salah satu ciri dari tamu diketahui seorang pria, kesulitan akan berkurang. Si penjemput tidak perlu menanyai semua penumpang wanita. Kesulitan akan lebih berkurang jika usia tamu diketahui di atas 70 tahun. Sehingga, semua tamu pria di bawah usia itu tidak perlu ditanyai. Semakin lengkap ciri yang dikenal, semakin mudah menemukan. Maka sebelum menemui Tuhan, semua ciri tentang Tuhan mesti dikenal, sehingga pada saat pertemuan denganNya seperti yang telah dijanjikan (al-Ankabuut (29) : 5), semua keraguan dapat dihindari.

14. Keberadaan Allah

Dimanakah keberadaan Yang Hidup? Dzat itu ‘akrab’ dengan makhlukNya (Qaaf (50) : 16). Ayat berikut adalah keterangan akrabnya Dzat Allah pada hambaNya.

“Dan apabila hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat….” (al-Baqarah (2) : 186).

Sedekat apakah Dzat Yang Hidup itu? Dzat Yang Hidup menurut keterangan di dalam al Quran lebih dekat dari pada urat leher.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya” (Qaaf (50) : 16).

“…. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Dekat” (Surat Saba’ (34) : 50)

“….dan Dia beserta kamu di mana saja kamu berada… .” (Al-Hadid (57) : 4).

Kata dekat apalagi Maha Dekat dimaksudkan sebagai dekat yang tidak berjarak. Hal ini dapat diibaratkan seperti gula dan manisnya yang tidak dapat dipisahkan.

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (az-Zaariyaat (51) : 20 dan 21).

Lebih lanjut perlu dibedakan antara Dzat Yang Hidup dan makhlukNya. Dzat tersebut adalah Yang Hidup Kekal, Yang Tidak Mati (al-Furqaan (25) : 58). Tetapi tidak demikian dengan hamba atau makhlukNya. Pemahaman di atas menjadi lebih jelas jika dihubungkan dengan Surat Al-Hadid (57) : 3.

15. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-Hadid (57) : 3).

Siapa Yang Awal, Akhir, Zhahir dan Batin. Apakah yang Yang Awal itu? Yang Awal adalah bahwa Dzat Yang Hidup telah ada sebelum jasad manusia diadakan. Tidak ada segala sesuatu yang mendahuluiNya.

Apakah Yang Akhir itu? Yang Akhir adalah bahwa Dzat Yang Hidup itu akan tetap ada walaupun jasad manusia telah lenyap. Jasad manusia yang dijadikan oleh Dzat Yang Hidup dari sari pati tanah akan kembali menjadi tanah.

Yang Awal dan Akhir adalah kekekalan dari Dzat Yang Hidup. Dalam hal ini, Yang Awal adalah Yang Akhir, yakni Dzat Hidup Kekal bernama Allah. Dengan kata lain, Yang Awal adalah persis sama dengan Yang Akhir. Allah tidak dibatasi oleh demensi ruang dan waktu. Dia meliputi segala sesuatu.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (Ar-Rahmaan (55) : 26 dan 27).

“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal....” (An-Nahl (16) : 96).

16. Yang Zhahir dan Yang Batin

Apakah Yang Zhahir? Yang Zhahir adalah Af’al, yakni tindakan, perbuatan atau kekuasaan dari Dzat Yang Hidup yang dapat dipersepsi melalui panca indera.

Dengan kata lain, Yang Zhahir adalah perwujudan atau manifestasi dari keberadaan Dzat Yang Batin.

Keberadaan Yang Zhahir tanda adanya Yang Batin. Tidak ada Yang Zhahir jika tidak ada Yang Batin. Kemana manusia menghadap, maka di situlah wajah Allah, (Lihat al-Baqarah (2) : 115).

Apakah Yang Batin? Yang Batin adalah Dzat Yang Hidup Kekal dan tidak terlihat. Manusia selamanya tidak pernah melihat Dzat Allah Yang Hidup dengan mata zhahir (al-An‘aam (6) : 103). Yang terlihat mata zhahir adalah tanda-tanda kekuasaanNya (Az-Zaariyaat (51) : 20 dan 21).

Dzat Allah, Yang Hidup adalah rahasia bagi manusia. Manusia cukup sebatas mengenal Af’al, Asma dan Sifat dari Dzat Yang Hidup Kekal serta meyakini keberadaan Dzat itu dan kemudian mematuhiNya. Yang Batin dapat diyakini keberadaanNya melalui Yang Zhahir, yaitu tanda adanya Dzat Yang Hidup pada alam dan makhluk seperti difirmankanNya.

“Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat, maka kemana saja kamu menghadap disitu wajah Allah ….” (Al-Baqarah (2) : 115).

“Wajah Allah” yang dimaksudkan pada ayat, Al-Baqarah (2) : 115 adalah tanda dari keberadaan, kebesaran atau kekuasaan sebagai manifestasi perbuatanNya. Itulah bukti dari keberadaan Yang Batin. Namun yang zhahir, yakni yang terlihat melalui mata zhahir di setiap ufuk bukanlah Dia yang sedang ditelusuri keberadaanNya. Wajah Allah pada ayat di atas tidak sama dengan wajah manusia. Wajah itu, antara lain untuk diartikan sebagai Af’al, seperti pohon melambai, burung beterbangan, hujan turun dan ombak memecah di pantai. Semua itu menandakan keberadaan Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Menggerakkan. Itulah kehidupan.

Konsep di atas mudah dipahami dengan memperhatikan air yang beriak dalam kolam yang menandakan di dalam kolam tersebut ada ikan. Tetapi riak air bukanlah ikan, melainkan hanya tanda. Sebab, ikan bukan air. Dzat Yang Hidup ber

Cara mudah mengenal Allah 1

CARA MUDAH
MENGENAL ALLAH

A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim

1. Pendahuluan

Beragama adalah bertuhan. Sebab, tidak ada agama tanpa Tuhan. Oleh karena itu, pengenalan Tuhan dalam beragama mesti diutamakan. Artinya, semua kegiatan keagamaan akan menjadi sia-sia tanpa pengenalan Tuhan dengan sebenar-benarnya. Bagaimana bershahadat jika Tuhan yang diyakini belum jelas keber-ADA-anNya, sedangkan shahadat ditempatkan di posisi pertama dalam Rukun Islam.

2. Tuhan bernama “Allah”

Manusia mengenal Nama Tuhan karena Dia sendiri memperkenalkan NamaNya. Dalam Surat Muhammad (47) ayat 19 dapat dibaca, “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah ….”. Jadi, Tuhan itu bernama “Allah”.

Banyak keterangan di dalam al Quran yang menyatakan bahwa Tuhan itu bernama “Allah”. Hal ini tidak untuk diragukan. Namun, perlu dipahami bahwa suatu nama adalah nama, yakni sebutan. Nama bukan Tuhan, tetapi adalah nama dari Tuhan. Jika nama itu ditulis dengan menggunakan tinta, ia adalah tinta. Demikian pula jika ditulis dengan menggunakan kapur, ia adalah kapur. Tegasnya, tinta dan kapur bukan Allah, Tuhan manusia.

3. Nama-nama lain dari Allah

Selain ‘Allah’, Tuhan juga memperkenalkan Nama-namaNya yang lain. Di dalam al Quran dan hadis dapat ditemukan 99 nama lain dari Allah, diantaranya:

ar-Rahman, Yang Maha Pemurah (al Faatihah (1) : 3);

ar-Rahim, Yang Maha Pengasih (al Faatihah (1) : 3)

al-Malik, Yang Maha Berkuasa (al Mu’minuun (23) : 116);

al-Quddus, Yang Maha Suci (al Jumu’ah (62) : 1);

as-Salam, Yang Maha Sejahtera (al Hasyr (59) : 23);

al-Mu’min, Yang Maha Terpercaya (al Hasyr (59) : 23);

al-Muhaimin, Yang Maha Memelihara (Al Hasyr (59) : 23);

4. Keinginan mengenal Allah

Supaya dapat mengenal Allah secara lebih baik, yaitu bukan sekadar mengenal Nama saja, maka umat beragama mesti mengawali kegiatan beragamanya dengan kesadaran bahwa pengetahuannya tentang Allah masih sangat terbatas. Kesadaran seperti ini akan memicu keinginan untuk meningkatkan pengenalan Allah secara lebih baik lagi. Belum cukup mengenal Allah hanya dengan meyakini bahwa Dia adalah Penguasa langit dan bumi sambil menunjuk ke langit. Orang yang merasa puas dan merasa telah mengenal Allah cenderung salah mengenaliNya. Rasa puas dapat menghalangi upaya untuk lebih mengenalNya. Padahal, boleh jadi Allah yang dikenal selama ini masih sebatas Tuhan bayang-bayang, yakni Tuhan hasil ciptaan pikiran. Idealnya, pengenalan terhadap Allah harus diupayakan semaksimal mungkin.

Selanjutnya, perlu disadari bahwa pengenalan terhadap Allah hanya dapat sampai pada tahap yang dikehendakiNya. Manusia tidak mampu menguak rahasia ketuhanan lebih dari yang ditentukanNya, walaupun ia menggunakan kekuatan akal yang dikaruniakan kepadanya. Allah adalah Dzat Yang Maha Halus, (al-An‘aam (6) : 103), dan Yang Batin atau Maha Gaib, (al-Hadid (57) : 3). Sedangkan manusia itu makhluk yang lemah dan tak berdaya.

al-‘Aziz, Yang Maha Perkasa (Ali ‘Imran (3) : 62);

al-Jabbar, Yang Maha Berkehendak, (al Hasyr (59) : 23);

5. Mengenal versus mengetahui

Dalam hal pengenalan Allah, perlu dibedakan antara makna kata ‘mengenal’ dan ‘mengetahui’. Mengenal dimaksudkan sebatas kemampuan membedakan. Sedangkan mengetahui tidak saja pada kemampuan membedakan, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang hakikat Allah. Oleh sebab itu, tujuan yang hendak dicapai dalam bahasan ini hanyalah sebatas mengenal Allah. Dengan kemampuan membedakan antara Allah, Tuhan manusia dan yang bukan Allah diharapkan pemahaman tentang keberadaanNya menjadi semakin terang. Manusia selamanya tidak akan mampu mengetahui hakikat Dzat Allah. Dzat tersebut adalah Dzat Mutlak di luar jangkauan penglihatan zhahir dan pengetahuan. Manusia hanya dapat mengenali Nama (Asma), Sifat dan Perbuatan (Af’al)¬Nya. Itupun atas kehendakNya.

6. Peran akal dalam mengenal Allah

Dalil pengenalan Allah telah disampaikan melalui para Nabi dan Rasul yang dapat ditelusuri kebenarannya melalui ayat-ayat di dalam al Quran. Dalil itu bahkan telah pula dijabarkan dengan jelas. Tinggal manusia memperhatikannya dengan sungguh-sungguh dan dengan menggunakan akal (Saad (38) : 29). Artinya, peran akal dalam mengenal Allah adalah untuk memahami keterangan tentang Dia. Sebagai contoh, dalam Surat al-Baqarah (2) : 186 diterangkan bahwa Tuhan yang bernama Allah itu dekat. Pertanyaan yang mesti dijawab dengan menggunakan akal adalah: ‘Sedekat apakah keberadaan antara Dia dengan makhlukNya?’ Jawaban atas pertanyaan itu dapat diperhatikan melalui Surat Qaaf (50) : 16, bahwa keberadaan Allah lebih dekat dari pada urat leher.

Dari pengertian ini, perlu dipahami bahwa makna mendekatkan diri kepada Allah seperti yang sering disebutkan dalam al Quran (al Maa’idah (5) : 35), bukan dalam makna jarak. Manusia tidak mungkin lebih dekat lagi dengan Allah dalam makna demikian. Allah itu Gaib. Dia adalah Dzat Yang Maha Suci, maka makna mendekatkan diri dalam konteks ini adalah mensucikan diri dari perbuatan syirik dan tercela. Allah itu Maha Sabar, maka makna mendekatkan diri adalah menaati ketentuanNya dengan sabar. Dia Maha Penyayang, maka arti mendekatkan diri adalah menyebarkan kasih sayang kepada sesama makhlukNya, dan seterusnya. Singkatnya, berbuat baik atau beramal saleh adalah salah satu syarat untuk menemui Allah, (al-Kahfi (18) : 110).

Dalam Surat al-Hajj (22) : 16  tertera: “Dan demikianlah Kami telah menurunkan al Quran beberapa ayat yang terang, dan sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki”. Adapun orang yang dikehendaki untuk memperoleh petunjuk dimaksudkan dalam ayat ini pada dasarnya adalah semua manusia tanpa kecuali. Maha Suci Allah dari membedakan hambaNya. Dia hanya menilai ketakwaan si hamba, (al-Hujaraat (49) : 13). Al Quran telah diturunkan untuk semua manusia, yakni peringatan bagi semesta alam, (at-Takwir (81) : 27). Jika kenyataannya bahwa manusia tidak mengenal Tuhan, hal itu disebabkan oleh kelalaian dari dirinya sendiri dalam memahami ayat-ayat Allah. Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."  (Saba’ (34) : 50).

Lalai atau tidaknya seseorang disebabkan oleh kehidupannya yang belum seimbang. Sedangkan keseimbangan yang dimaksud adalah antara kebutuhan jasad (perut: makan), mental (otak: pengetahuan) dan emosional (hati: sabar) serta spiritual (ruh: mengenal Allah). Orang yang hanya berusaha memuaskan kebutuhan jasadnya akan tertinggal dalam kebutuhan lain: mental, emosional dan spiritual. Sedangkan orang yang hanya berusaha memuaskan kebutuhan mentalnya akan tertinggal dalam kebutuhan lainnya: jasad, emosional, spiritual dan seterusnya. Pengabaian salah satu dari kebutuhan itulah yang dimaksud dengan ketidakseimbangan. Tidak mengenal Tuhan terjadi akibat dari pengabaian kebutuhan spiritual.

Al Quran telah diturunkan sebagai pedoman bagi manusia dan petunjuk bagi yang beriman, (al-Jaasyiah (45) : 20). Selanjutnya manusia yang beriman diharapkan menjadikan al Quran sebagai pedoman. Namun disebabkan kelalaian manusia, al Quran justru difungsikan sebagai koleksi, syair yang disenandungkan dan penangkal santet, bahkan tidak jarang al Quran dibacakan kepada mayat.“Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang yakin” (al-Jassiyah (45) : 20).

7. Kelalaian mengenal Allah

Kelalaian memahami al Quran dalam rangka mengenal Allah bermula dari kelalaian perorangan atau individu. Kelalaian demikian adalah kelalaian dari seseorang yang terjadi karena ia tidak berusaha mengenal Allah secara bersungguh-sungguh. Selain kelalaian perorangan adalagi kelalaian kolektif, atau kelalaian bersama antara pendakwah dan umat yang didakwahi. Kelalaian tersebut tampak dari materi dakwah yang secara umum hanya berkisar soal pahala-dosa, halal-haram yang diramu dengan politik praktis untuk mendapatkan kekuasaan. Akibatnya, pengenalan tentang Allah yang merupakan titik awal beragama jarang disentuh, apalagi untuk sampai pada tahap merasakan keberadaan Allah. Oleh sebab itu, untuk mengenal Allah manusia mesti kembali kepada al Quran, karena “Siapa berpaling dari al Quran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat” (Taahaa (20) : 100).

8. Peran usaha dan doa menuju Allah

Al Quran mesti dikembalikan kepada fungsinya sebagai pedoman untuk dipahami, khususnya untuk mengenal Allah. Sudah semestinya secara ikhlas setiap orang mengakui dari lubuk hatinya yang paling dalam, bahwa ia memang tidak akan mampu mengenal Allah, kecuali atas petunjukNya. Untuk itu, selain dengan berusaha memahami ayat-ayat al Quran, yakni menggali makna terkandung di dalamnya secara terus-menerus, setiap orang mesti memohon pertolongan Allah dengan bersungguh-sungguh agar dapat mengenaliNya secara benar. Di sinilah letak perpaduan antara usaha dan doa. Sebagai khalifah di muka bumi manusia mesti bekerja, yakni dimulai dengan memahami ayat-ayat al Quran yang tertulis dan tersirat. Sedangkan sebagai hamba yang lemah ia mesti banyak berdoa. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (al-‘Ankabuut (29) : 69).

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (al Maa’idah (5) : 35).

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepadaKu, niscaya Ku perkenankan bagimu, ….” (al-Mu’min (40) : 60).

“... Dan barangsiapa beriman kepada Allah, Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah mengetahui segala sesuatu” (at-Taghaabun (64) : 11).

“Dan orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (Muhammad (47) : 17).
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti benar” (az-Zaariyaat (51) : 5).
Dari ayat2 di atas terlihat bahwa, jika manusia beriman dan berupaya serta berdoa sungguh-sungguh, Allah menunjukinya tentang cara mengenaliNya. Janji Allah pasti akan dipenuhiNya. Tanpa memahami ayat2 Allah scr benar, yakni pemahaman dgn mengharapkan petunjukNya, manusia tidak dapat mengenal Allah. Dgn kata lain, mengenalNya hanya berhasil atas petunjukNya. Sdngkan Tuhan tdk menunjuki seseorang jika ia tidak beriman kpd ayat2Nya.16:104. Org itu akan diazab 29:23

Rabu, 13 April 2016

Manfaat wudhu

MENU


Manfaat Wudhu

29 March 2016 Wisatahati Training


Wudhu yang selalu kita lakukan sebelum salat ternyata memiliki banyak manfaat. Maka, jangan remehkan berwudhu. Ada 8 manfaat berwudhu bagi kesehatan.

Seperti yang udah kita ketahui, tidak akan sah salatnya jika seseorang tidak berwudhu terlebih dahulu. Wudhu bisa dilakukan dengan menggunakan air atau debu. Ibadah wudhu tampaknya sepele dan mudah dilakukan. Karena itu, banyak umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja.

Padahal, bila wudhu dikerjakan tidak sempurna, salatnya pun tidak akan diterima (HR Bukhari no 135 dan Muslim no 224-225). Kendati sederhana, manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia.

Salah satunya adalah Prof Leopold Werner Von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurology bekebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama fikih juga menjelaskan wudhu merupakan upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.
Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki. Sebab, penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya.

Rasulullah SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas wudhu. Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia, ternyata banyak sekali manfaat yang didapatkan ketika seseorang melakukan wudhu. Mulai dari membasuh tangan hingga membasuh kaki.

Berikut penjelasan mengenai manfaat wudhu bagi kesehatan.

Membasuh Kedua Telapak Tangan
Pada telapak tangan terdapat banyak sekali vena, serabut saraf dan getah bening. Dengan melakukan getakan menggosokkan sela-sela jari di kedua telapak tangan, maka hal itu akan memperlancar aliran darah dan akan menghilangkan kotoran-kotoran di permukaan kulit telapak tangan.

Berkumur-kumur
Berkumur secara rutin juga bisa membersihkan rongga mulut serta sela-sela gigi dari berbagai sisa makanan, mengurangi bau mulut dan menyehatkan mulut. Selain itu, berkumur dengan cara menggerakkan otot wajah bisa menimbulkan ketenangan jiwa.

Membersihkan Hidung (Istinsyaq)
Istinsyaq adalah menghirup air kedalam lubang hidung kemudia mengeluarkannya kembali. Hal ini bisa membersihkan rongga hidung dari kotoran yang ada. Hidung adalah tempat yang rawan bagi tumbuh berkembangnya bakteri dan mikroba. Seseorang yang selalu wudhu secara benar dan rutin otomatis juga menjaga kebersihan hidungnya dari bakteri, kuman dan udara kotor.

Membasuh Wajah
Make up terbaik bagi siapapun adalah dengan berwudhu. Jika kamu sering berwudhu, maka itu akan membuat wajahmu menjadi lebih sehat, bersih, tidak kusam dan enak dipandang. Selain itu dengan sering berwudhu membuat wajah kita lebih segar dan kotoran yang menembal pada wajah seperti bakteri dan debu dapat hilang dengan berwudhu.
Membasuh Kedua Tangan Sampai Siku
Tangan merupakan salah satu bagian anggota tubuh manusia yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri. Jika kamu berwudhu dan rajin mencuci kedua tangan dengan benar sampai ujung siku, hal ini bisa merontokkan mikroba, menghilangkan debu yang menempel pada kulit, serta bisa menyegarkan kulit dan mengurangi keringat pada tangan.

Mengusap Rambut
Mengusap rambut dengan benar, bisa menghilangkan kotoran yang ada pada area itu. Selain itu, usapan air wudhu pada bagian rambut dan kepala terbukti bisa menyembuhkan hipertensi dan sakit kepala.

Mengusap Kedua Daun Telinga
Telinga adalah salah satu bagian tubuh yang rawan terkena debu dan kotoran. Ketika sering membersihkan telinga, maka hal itu akan membuat telinga bebas dari kotoran dan kuman akibat debu serta mikroba di sekitar telinga.

Membasuh Kedua Kaki
Gerakan terakhir dalam berwudhu adalah membasuh kedua kaki. Saat tangan memijat bawah telapak kaki sambil membersihkannya, gerakan itu bisa melancarkan peredaran darah ternyata, sehingga membuat tubuh menjadi lebih sehat dan bugar. Selain itu, gerakan membasuh kedua kaki juga bisa melemaskan otot-otot kaki yang tegang sehingga menjadi lebih rileks, menghilangkan kuman dan kotoran, serta kaki bisa terbebas dari jamur penyebab bau kaki.

Sumber: berbagai sumber onlin

Jumat, 08 April 2016

Hikmah Ali bin Abu tholib

"Aku khawatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai. Ada yg khusyuk namun sibuk dalam kesendirian. Ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis. Ada ahli maksiat rendah hati bagai sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat. Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat. Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat. Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan. Ada pezina yang tampil menjadi figur. Ada yang punya ilmu tapi tak paham. Ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi. Ada yg bodoh tapi tak tau diri. Ada orang beragama tapi tak berakhlak. Ada yang berakhlak tapi tak berTuhan. Lalu, di antara semua itu, dimana aku berada?" (Ali bin Abi Thalib)

Rabu, 06 April 2016

Dakwah dari Dalam

Maka kata pak Abu berdakwahlah dengan ,"dalammu"..semakin dalam "keadaanmu" dengan Allah maka itulah yg keluar,maka pembicaraanmu mengandung kekuatan hikmah yg menghunjam dada orang yg mendengarnya. Meskipun kalimat yg diucapkan kelihatan sama tapi jika diucapkan oleh orang yg teguh ke Allah, dengan kekuatan inilah  para wali-wali menyebarkan agama Allah. Mereka menyebarkan agama islam tanpa menggunakan pengeras suara,tapi kenapa islam menyebar begitu kuat? Karena mereka bukan menyebarkan suara fisik nya,tapi para wali menyebarkan kekuatan ilahiah,kekuatan ketuhanan,kekuatan keyakinannya yg total kepada Allah,itulah adzan nya yang  diserukan.

Sabtu, 02 April 2016

Sedekah bukan bisnis

Bagus nih uraian Cak Nun soal sedekah, menyindir si Motivator Sedekah...

"MASUK SURGA ITU NGGAK PENTING..!"
[Think Different Ala Cak Nun]

INGAT : Tulisan ini khusus untuk para GENTHO (begundal), mereka yang sedang berproses mencari kebenaran Tuhan.
Yang mengaku Alim atau ahli ibadah atau Ustad minggir dulu, nanti dulu, jangan Komen.
Jangan berharap ada dalil-dalil dari Syekh Zulkifli Jabal Syueb Sanusi (embuh sopo kui? - Gak tau siapa Itu ?). Monggo.

BEBERAPA tahun belakangan marak 'SEDEKAH AJAIB' yang sering digiatkan oleh itu, Si Ustad 'nganu'. Cak Nun hanya mengingatkan, "SEDEKAH itu dalam rangka BERSYUKUR, berbagi rejeki & kebahagiaan, BUKAN dalam rangka MENCARI REJEKI. Ingat itu!
Kalau Anda mengharapkan kembalian berlipat-lipat dari sedekah, itu bukan sedekah, tapi dagang! Paham?"

Beliau tidak mengecam juga, lha wong taraf imannya masih segitu kok.
Kalau menyedekahkan uang, sepeda motor, mobil, rumah, helikopter atau apa pun, ya wis, kasihkan saja, titik! Setelah itu Jangan Berharap Apa-apa. Walau kita yakin akan dibalas dengan berlipat ganda, tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah, melainkan sekedar jual beli. Sedekahnya sudah bagus, tapi janji Tuhan jangan pernah dijanjikan oleh manusia, nggak boleh!

Banyak orang beribadah yang masih salah niat gara-gara manut omongan si motivator sedekah. Naik haji/umroh biar dagangannya lebih laris. Sholat Duha biar diterima jadi PNS, biar duit banyak, biar jadi milyarder biar dihormati orang. Ibadah itu dalam rangka bersyukur, titik! Menangislah pada Tuhan tapi bukan berarti jadi cengeng. Nabi dalam sholatnya menangis, tapi sebenarnya itu adalah menangisi. Beda antara menangis dan menangisi. Kalau menangis itu kecenderungan untuk dirinya sendiri, tapi kalau menangisi itu untuk selain dirinya : orangtua, anak, istri, kakek, nenek, saudara, sahabat dan seterusnya.

Ada seorang pedagang miskin yang dagangannya nggak laku, dia sabar dan ikhlas : "kalau memang saya pantasnya miskin, dagangan saya nggak laku, saya ikhlas, manut ae, yang penting Tuhan ridho sama saya." Malah keikhlasan seperti ini yang langsung dijawab oleh Tuhan dengan rejeki berlimpah yang tak disangka-sangka datangnya.

Tapi kalau kita yang ditimpa sial, dagangan nggak laku, biasanya langsung mewek : "Ya Tuhan kenapa saya kok mlarat, miskin, dagangan gak laku, gak bisa beli montor, gak bisa beli mobil, aku salah apa sih..!???" Waaahh..., malaikat langsung gregeten, nampar mukamu : "Oalaaaaah.., cengeng byanget kamu ya...!!!"

Iman seseorang memang tidak bisa distandarisasi. Tiap orang mempunyai kapasitas iman yang berbeda.
Makanya kalau jadi imam harus paham makmumnya. Makmumnya koboi tapi bacaan imamnya panjang-panjang disamakan dengan anak pesantren. Akhire makmumnya di belakang nggerundel, gak ihklas.

Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu. Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita sholat. Lebih ekstrim lagi, jangan sampai Tuhan tahu kalau kita sholat (walau itu nggak mungkin). Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarang-Nya, titik! Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan pahala, yang penting Tuhan ridho, nggak marah pd kita.

Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Lha wong paling pingin ML aja kok ya harus nunggu malam Jum'at, Ni gimana sih? Itulah kita, tarafnya masih kemaruk (serakah) pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan Sunnah Rosul. Pikir sendiri!

"Surga itu nggak penting..!" kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi bias yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia hanya kepincut pada surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena dulu sewaktu di dunia cuma mencari surga, nggak pernah mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???

"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan neraka. Fokuskan dirimu hanya pada Tuhan. Karena sebenarnya orang yang berada di surga adalah orang yang mencari Tuhan. Dzat yang sangat layak dicintai di atas segala makhluk dan alam semesta..." kata Cak Nun

Lintasan pikiran

📆 Ahad 15 Rabiul Awwal 1437H / 27 Desember 2015

📚 MOTIVASI ISLAM

📝 Ust. Abdullah Haidir Lc.

📋 Jangan Biarkan 'Kuncup' Kemaksiatan 'Berbunga…'

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

Jauhi kemaksiatan sejak tahap awal atau stadium pertama.

Meninggalkannya ketika masih gejala, lebih mudah ketimbang hati sudah terpenjara.....

Imam Ghazali, rahimahullah,  berkata,

الْخُطْوَةُ اْلأُولَى فِي الْبَاطِلِ إِنْ لَمْ تَدْفَعْ أَوْرَثَتْ الرَّغْبَةَ ، وَالرَّغْبَةُ تُورِثُ الْهَمَّ ، وَالْهَمُّ يُورِثُ  الْقَصْدَ ، وَالْقَصْدُ يُورِثُ الْفِعْلَ ، وَالْفِعْلُ يُورِثُ البَوَارَ وَالْمَقْتَ ، فَيَنْبَغِي حَسْمَ مَادَّةِ الشَّرِّ مِنْ مَنْبَعِهِ اْلأَوَّلِ وَهُوَ الْخَاطِرُ ، فَإِنَّ جَمِيعَ مَا وَرَاءَهُ يَتْبَعُهُ  (إحياء علوم الدين، 4/401

"Langkah pertama kebatilan, jika tidak engkau cegah, akan menjadi keinginan.

Keinginan akan melahirkan kemauan, kemauan akan melahirkan tujuan, tujuan akan melahirkan perbuatan.

Pebuatan (batil) akan melahirkan kesengsaraan dan kemurkaan.

Hendaknya potensi keburukan sudah dituntaskan sejak sumber pertama, yaitu lintasan pikiran, karena seluruh langkah berikutnya hanyalah kelanjutannya." (Ihya Ulumuddin, 4/401) 

Ibnu Qayim, rahimahullah, berkata,

دَافِعْ الْخَطْرَةَ ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ فِكْرَةً ، فَدَافِعْ الْفِكْرَةَ ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ شَهْوَةً ، فَحَارِبْهَا، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ عَزِيْمَةً وَهِمَّةً ، فَإِنْ لَمْ تُدَافِعْهَا صَارَتْ فِعْلاً ، فَإِنْ لَمْ تَتَدَارَكْهُ بِضِدِّهِ صَارَ عَادَةً فَيَصْعُبُ عَلَيْكَ الاِنْتِقَالُ عَنْهَا (الفوائد، ص 31

"Usirlah lintasan pikiran (maksiat), sebab jika tidak engkau cegah, dia berubah menjadi pemikiran.

Cegahlah pemikiran (maksiat), jika tidak engkau halau, dia akan berubah menjadi syahwat.

Perangilah (syahwat maksiat), sebab jika hal itu tidak engkau lakukan, dia akan  berubah menjadi tekad kuat (azimah) dan keinginan besar (himmah).

Jika tidak juga engkau cegah, maka dia akan berubah menjadi sebuah perbuatan.

Lalu jika engkau tidak lakukan langkah penangkalnya, dia akan menjadi kebiasaan. Dan ketika itu, sulit bagimu meninggalkannya." (Al-Fawaid: 31)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

Jumat, 01 April 2016

Wukuf tiap jumat

Pojok Kata

Catatan M Nurfatoni

Jumat: Wukuf Tiap Pekan

JUMAT bukan hari pendek. Tapi justru hari yang akan memperpanjang daftar amal. Ada shalat Jumat yang menyediakan pahala berlipat.

Jumat juga hari yang bersih karena kita dianjurkan membersihkan badan secara fisik. Kuku dan rambut dipotong. Mandi besar dan pakai wewangian.

Jumat hari bersihkan jiwa dengan “wukuf” sejenak mendengarkan nasehat-nasehat kebajikan dari para ulama yang berkhutbah. Jadi, Jumat  banyak menyediakan amal kemuliaan karena itu bukan hari keramat.

Jika Haji adalah konferensi Muslim sedunia bertempat di Mekkah setahun sekali, maka Jumat adalah konferensi sedunia per pekan dan bersifat lokal.

Jika shalat Dhuhur selain di hari Jumat biasa dilakukan tidak serentak tidak demikian dengan shalat Jumat. Tidak lazim Jumatan sendirian.

Maka saya sebut Jumatan adalah konferensi Muslim sedunia tapi bersifat lokal. Masing-masing masjid lokal menjadi penyelenggaranya.


Jumat saya sebut wukuf, karena jamaah disyaratkan tenang, diam, dan tidak bicara sepatah kata pun. Itulah hakekat wukuf. Bedanya dengan Jumat. Dalam wukuf saat haji kita diam untuk mendengar langsung Tuhan “berbicara”, memberi perintah-perintah subjektif.

Namun dalam diam saat Jumatan perintah-perintah Tuhan kita dengar secara tak lansung melalui para khatib. Sungguh mulia kedudukan khatib.

Khatib berbicara bukan mewakili dirinya, karena itu ada pakem-pekem tertentu yang membedakan Khutbah Jumat dengan ceramah biasa.

Di antara pakem khatib Jumat ialah memuji Tuhan, bersyahadat, bershalawat pada Nabi SAW, nasehat tentang takwa, dan mendoakan jamaah.

Karena yang disampaikan adalah pesan-pesan Tuhan dan Nabi-Nya, maka jaamah Jumat tak boleh membantahnya. Ingat jamaah sedang “wukuf”.

Maka sebelum Jumatan dimulai, jamaah Jumat sering diingatkan: ansitu, wasmau, waatiu (diamlah, dengarkanlah, dan taatilah).

Jamaah diam dalam Jumat bukan berarti tidur tapi diam untuk mendengarkan Tuhan atau Nabi SAW “berbicara” lewat khatib. Maka diam, dengar, dan taat adalah pintu masuk rahmat Tuhan bagi para Jamaah Jumat.

Mohammad Nurfatoni

 

Sedekah hari jumat

💌Sedekah Jumat💰

Assalamualaikum Warahmatullah

Sahabat...

Sedekahlah...jangan ditunda... Rosululloh Salallohualaihi wasalam bersabda: “Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya.

Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya.

Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

IMAM IBNUL QOYYIM berkata:"sedekah di hari jumat memiliki keistimewaan khusus dibandingkan hari yang lain. Sedekah di hari jumat, dibandingkan dengan sedekah di hari yang lain, seperti perbandingan antara sedekah di bulan ramadhan dengan sedekah di selain ramadhan. Saya pernah melihat Syaikhul Islam – rahimahullah – apabila beliau berangkat jumatan, beliau membawa apa yang ada di rumah, baik roti atau yang lainnya, dan beliau sedekahkan kepada orang di jalan diam-diam. Saya pernah mendengar beliau mengatakan,

“Apabila Allah memerintahkan kita untk bersedekah sebelum menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersedekah sebelum menghadap Allah lebih afdhal dan lebih besar keutamaannya.” (Zadul Ma’ad, 1/407)

🌹Sedekah adalah investasi berharga menuju surga dan keberkahan hidup dunia dan akhirat🌹...

والله أعلمُ بالـصـواب