*HATI-HATI BERBAHAYA !!!!!!!!! JANGAN TERJEBAK SEPERTI AKU*
Aku menulis artikel ini sama sekali *tidak bermaksud menggurui*, *mengkritik atau menyalahkan* ajaran orang lain tetapi karena adanya *rasa cinta dan kasih sayang*. Setelah 40 tahun berlalu aku baru sadar bahwa aku telah melakukan *kesalahan besar* dalam hidupku sehingga ingin *berbagi pengalaman* kepada rekan-rekan yang memerlukan kebenaran terutama kepada mereka *yang sedang berusaha mencari kekhusyukkan dalam shalat*.
Aku menyadari mencapai kekhusyukkan dalam shalat bukan perkara mudah. Kerena itulah Aku ingin berbagi pengalaman jangan sampai perjuangan berat mencari kekhusyukkan dalam shalat justru *akhirnya terjebak dalam khayalan, menduga-duga dan kemusyrikan*. Dalam perjalanannya banyak orang yang terbius oleh retorika, kata-kata indah, puitis, seolah-olah mencerminkan ilmu yang tinggi, ajaran para wali dsb, padahal tanpa disadari dia *berada dalam khayalannya sendiri, menduga-duga, bahkan syirik*.
Sekitar tahun 1980 an aku pernah belajar kepada seseorang untuk mencapai khusyuk dalam shalat, orang yang mengajariku bicaranya sangat meyakinkan membawa ayat-ayat Al Qur’an tentang khusyuk, tentang Tuhan dan lain-lain. Pentingnya khusyuk dalam shalat dijelaskan dengan fasih mengunakan ayat dan hadis. *Aku terkesima* dengan cara bicaranya dan kemampuannya meyakinkan orang lain. Aku terbuai oleh bicaranya seakan-akan dia seorang wali sehingga aku menjadi *taklid buta*.
Pada awalnya Aku bersedia mengikuti ajarannya karena bersumber dari Al Qur’an dan hadis, tetapi setelah berjalan cukup lama mempraktekkan ajarannya itu, kemudian Aku sadar bahwa Aku sebenarnya terbuai oleh dalil-dalil Al Qur’an dan Hadis yang pada awalnya benar, tetapi ternyata ajaran itu jauh dari Al Qur’an dan Hadis. Ajaran itu ternyata *_modifikasi ajaran meditasi, yoga, serta ajaran hindu lainnya dicampur dengan bacaan shalat, seolah-olah itulah praktek khsuyuk dalam shalat_*. Ibaratnya ajaran islam yang murni bila dicampur dengan ajaran lain, *_seperti susu murni dicampur dengan kuman-kuman dan kotoran, apakah anda mau meminumnya._*
Banyak umat islam yang terkecoh terbuai oleh kemampuannya beretorika, membuat kata-kata yang indah dan puitis seolah-olah tinggi ilmunya sehingga orang awam tidak mengerti bahwa dia telah *_terperangkap dengan ajaran yang campur aduk itu._*
Cara mencapai shalat khusyuk yang saya praktekkan 40 tahun yang lalu itu adalah sbb :
Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh anda tidak tegang. Tak perlu mengkonsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening karena anda akan merasakan pusing dan capek. Jika terjadi seperti itu, kendorkan tubuh anda sampai terasa nyaman kembali. Biarkan tubuh meluruh, agak dilemaskan, atau bersikap serileks mungkin. Kemudian rasakan *1. getaran kalbu yang bening dan 2. sambungkan rasa itu kepada Allah. Biasanya3. kalau sudah tersambung suasana sangat hening dan tenang, serta. terasa getaran menyelimuti jiwa dan fisik. 4. Getaran inilah yang menyambungkan kepada Zat,* yang menyebabkan pikiran tidak kesana kemari. Bangkitkan kesadaran diri, bahwa anda *5. sedang berhadapan dengan Zat Yang Maha Kuasa* Yang meliputi segala sesuatu, Yang Maha Hidup, Yang Maha Suci dan Maha Agung. Sadari sadari bahwa anda akan memuja dan bersembah sujud kepadaNya serendah-rendahnya, menyerahkan segala apa yang ada pada diri anda. *6. Biarkan ruh anda mengalir pergi, dengan suka rela menyerahkan diri : “ Hidup dan matiku hanya untuk Allah semata “. Berniatlah dengan sengaja sehingga 7. muncul getaran halus dan kuat 8. menarik ruhani meluncur kehadiratNya.* Pada saat itulah ucapan takbir “ ALLAHU AKBAR “. Jagalah getaran tadi dengan meluruskan niat “ inni wajahtu wajhiya lillazi fatharassamawati wal ardh, hanifan musliman wama ana minal musyrikin ( sesugguhnya aku menghadap kepada wujud Zat yang menciptakan langit dan bumi, dengan selurus-lurusnya, dan aku bukan termasuk orang yang syirik ). *9. Rasakan kelurusan jiwa Anda yang terus 10. bergetar menuju Allah.*
Setelah itu menyerah total, inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil’alamiin ( sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata ).
Rasakan keadaan berserah yang masih menyelimuti getaran jiwa anda , mulai perlahan-lahan ‘membaca’ setiap ayat dengan tartil Pastikan anda masih merasakan getaran pasrah saat membaca ayat dihadapanNya. Kemudian lakukan rukuk. Biarkan badan anda membungkuk dan rasakan. Pastikan bahwa Ruh Anda perlahan-lahan turut rukuk dengan perasaan hormat dan pujilah Allah Yang Maha Agung dengan membaca “ subhaana robbiyal adiimi wabihamdi”. Jika antara ruhani dengan fisik anda telahg seirama, *11. maka getaran akan bertambah besar dan kuat,* dan bertambah kuat pula kekhusyu’an yang terjadi. Setelah rukuk, anda berdiri kembali perlahan lahan. Setelah rukuk. Anda berdiri kembali perlahan sambil mengucapkan pujian kepada Zat, Yang Maha Mendengar “ Samiallhu liman hamidah (semoga Allah mendengar orang yang memujinya ). Kemudian setelah kedua tangan diturunkan ucapkan “ rabbana walakal hamdu millussamawati wamil ul ardhi wamil uma syi’ta min syai in ba’du” ( Ya Tuhan, milikmu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh sesuatu Yang Engkau Kehendaki sesudah itu ). Rasakan keadan ini sampai ruhani anda mengatakan dengan sebenarnya. Jangan sampai sedikitpun tersisa dalam diri anda untuk ingin dipuji, *12. yang terjadi adalah keadaan nol* tidak ada beban apa-apa kecuali rasa hening. Kemudian secara perlahan-lahan sambil tetap berdzikir “ Allahu Akbar “ bersujudlah serendah rendahnya. Biarkan tubuh anda bersujud, rasakan sujud anda agak lama. Jangan mengucapkan pujian kepada Allah, Yang Maha Suci, subahanallah wabihamdhi, sebelum ruh dan fisik anda bersatu dalam satu sujudan. Biasanya terasa sekali ruhani ketika memuji Allah dan akan berpengaruh kepada fisik, menjadi lebih tunduk ringan dan harmonis. Selanjutnya lakukan seperti diatas dengan pelan-pelan, tuma’ninah pada setiap gerakan. Jika anda melakukannya dengan benar, getaran jiwa akan bergerak menuntun fisik Anda. Sempurnakan gerakan fisik anda sampai salam. Sehabis shalat duduklah dengan tenang. Rasakan getaran yang masih membekas pada diri anda. Ruhani anda masih merasakan getaran takbir, sujud, rukuk dan penyerahan diri secara total. Kemudian pujilah Allah dengan memberikan pujian langsung tertuju kepada Allah, agar jiwa kita mendapatkan energy Ilahi serta membersihkannya. Subhanallah… subhanalllah…. Subhanallah…Alhamdulillah… Allahu Akbar….. Biasanya setelah menyelesaikan shalat, getaran jiwa anda akan berdzikir terus menerus.
Sebuah dzikir yang keluar bukan dari pikiran. Anda akan merasakan getaran shalat kapan saja, sehingga suasana menjadi sangat indah dan damai. Dan *ketika shalat tiba getaran itu gataran itu akan bertambah besar, dan 13. menjadi persinggahan jiwa untuk mengisi getaran iman* yang diperoleh dari shalat yang khusyuk. Agar getaran jiwa itu tidak tertutup lagi lakukanlah dzikrullah dalam setiap kesempatan. Friman Allah dalam surat An Nisa (4) ayat 103 “ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah diwaktu berdiri, duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasakan tenang, maka dirikanlah shalat ( sebagaimana biasa ). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman. “
Berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan akan membantu anda dalam membuka hijab yang terasa sulit ditembus. Allah telah memberikan jalan keluar, bahwa dengan cara berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang. *Maka dengan ketenangan jiwa itulah 14. anda akan mampu melapaskan jiwa Anda menuju kehadirat ilahi* dengan sangat mudah. Kebanyakan orang mengira mengira bahwa jumlah setiap bacaan shalat dijadikan ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk, maupun sujud. Padahal itu bukanlah sebuah aba-aba dalam shalat kita.
Itulah ajaran yang dicampur adukkan antara ajaran hindu, meditasi, yoga dan bacaan shalat, agar lebih jelas mari kita perhatikan dan ulas satu-persatu katanya sbb :
1. *Rasakan getaran kalbu yang bening*, ini kata-kata dari ajaran apa ?, kemudian getarannya seperti apa ?, beningnya seperti apa ?, setiap orang berbeda-beda rasanya, kemudian setiap orang akan berkhayal dan menduga-duga yang dirasakan, karena itu menjadi tersesat pikirannya menurut kahayalan dan dugaan masing-masing.
2. *sambungkan rasa itu kepada Allah*, rasa sambung kepada Allah itu seperti apa ?, kemudian setiap orang *berkhayal dan menduga-duga* yang dirasakan masing-masing berbeda, karena itu *tersesat pikirannya sesuai kahayalan dan dugaan masing-masing.* Padahal Allah tidak bisa dirasakan, bila *merasakan Allah berarti syirik.*
3. *kalau sudah tersambung suasana sangat hening dan tenang, serta. terasa getaran menyelimuti jiwa dan fisik.* kemudian setiap orang *berkhayal dan menduga-duga* yang dirasakan berbeda setiap orang, karena itu menjadi *tersesat pikirannya sesuai kahayalan dan dugaan masing-masing.* Padahal Allah tidak bisa dirasakan, bila *merasakan Allah berarti syirik.*
4. *Getaran inilah yang menyambungkan kepada Zat,* kemudian setiap orang *berkhayal dan menduga-duga* tentang Zat Tuhan sesuai yang dirasakan, karena itu *tersesat pikirannya sesuai kahayalan dan dugaan masing-masing.* Padahal Allah tidak bisa dirasakan, bila *merasakan Zat Allah berarti syirik.*
5. *sedang berhadapan dengan Zat Yang Maha Kuasa,* kemudian setiap menjadi *berkhayal dan menduga-duga* tentang Zat Tuhan sesuai yang dirasakan berbeda-beda setiap orang, karena itu menjadi *tersesat pikirannya sesuai kahayalan dan dugaan masing-masing.* Padahal Allah tidak bisa dirasakan,bila *merasakan Zat Allah berarti syirik.*
6. *Biarkan ruh anda mengalir pergi,* kemudian setiap orang *berkhayal dan menduga-duga* tentang Ruh seperti apa ?, mengalirnya bagaimana ?, perginya kemana ?, sesuai yang dirasakan berbeda setiap orang, karena itu menjadi *tersesat pikirannya karena kahayalan dan dugaan masing-masing.*
7. *muncul getaran halus dan kuat,* kemudian setiap menjadi *berkhayal dan menduga-duga* getarannya seperti apa ?, sesuai yang dirasakan berbeda setiap orang, karena itu menjadi *tersesat pikirannya karena kahayalan dan dugaan masing-masing.*
8. *menarik ruhani meluncur kehadiratNya.* kemudian setiap menjadi *berkhayal dan menduga-duga* menarik Ruh seperti apa ?, meluncurnya bagaimana ?, kehadhiratnya kemana ?, sesuai yang dirasakan berbeda-beda setiap orang, karena itu menjadi *tersesat pikirannya karena kahay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar