Sabtu, 28 Maret 2015

Ingat Allah

ALLAH; dengan segala kemuliaanNya; tidak akan bisa kita lihat. Baik dengan mata fisik, atau juga dengan mata hati.

Yang manusia bisa lakukan hanyalah ingat, mengingat.

Saat manusia melakukan proses mengingat, sebenarnya yang manusia lakukan adalah : dengan 'mata hati'nya, manusia memasuki fikirannya.

Sebagaimana misalnya kita lupa akan sesuatu, maka kita mengingat sesuatu itu dengan cara umumnya memejamkan mata, lalu dengan mata hati; kita seakan-akan menelusuri ingatan kita, yang di dalam minda kita, kita cari/ tengok dengan mata hati (mental eyes) sampai ketemu. Saat sudah ketemu, namanya INGAT.

Begitu juga zikrullah, ingat Allah. Mata hati kita menelusur ke dalam minda, dan jangan menumpukan mata hati pada ingatan yang lain2, melainkan tumpukan pada ingatan pada Allah.

Tak ada rupa, tak ada umpama.

Lalu berdiam, atau fokus pada ingatan itu.

Yang ada di dalam minda kita bukanlah Allah, tentu saja, melainkan ingatan pada Allah.

Pada ingatan Allah itulah kita tumpukan mata hati.

Sabtu, 21 Maret 2015

Demi waktu

APAKAH ANDA ORANG SIBUK ???
➿➿➿➿➿➿➿
Ada seorang ulama berguru kepada seorang ulama

Selang beberapa lama, saat dia ingin
melanjutkan belajar ke guru lain.gurunya
berpesan :

"Jangan tinggalkan membaca Al Qur’an ,Semakin banyak baca Al Qur’an urusanmu semakin mudah"

Dan muridnya pun melakukan. Dia
membaca Al Qur’an 3 juz per hari.

Dia menambahkan hingga 10 juz per hari.

Dan urusannya semakin mudah.

Allah yang mengurus semua urusannya.

Waktu ⌚ pun
semakin berkah.

Apa yang dimaksud dengan berkahnya waktu⌚?

Bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit.
Itulah berkah Al Qur’an .

Al Qur’an membuat kita mudah mengefektifkan manajemen waktu.

Bukan kita yang atur waktu⌚ kita, tapi Allah

Padahal teorinya orang yang membaca AlQur’an menghabiskan banyak waktu.

mengurangi jatah kegiatan lain, tapi Allah yang membuat waktunya itu jadi berkah.

Hingga menjadi begitu efektif.

Hidup pun efektif.

Dan Allah akan mencurahkan banyak berkah dan kebaikan pada kita karena
Al Qur’an .

Salah satu berkahnya adalah membuka
pintu ���� kebaikan, membuka kesempatan
untuk amal shalih berikutnya.

Dan Salah satu balasan bagi amal shalih yang
kita lakukan adalah kesempatan untuk amal
baik berikutnya. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu
Dan sebaliknya waktu yg selalu sibuk shg hanya habis untuk urusan dunia yg terserak, bisa jadi itu adalah tandanya ada yg salah dlm hidup kita,

Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :
��1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.
��2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya.
��3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.
��4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya. 
[Hadits Riwayat Muslim]

Note :
"Keberkahan waktu yaitu bisa melakukan banyak amal kebaikan dalam waktu sedikit"

�� Selamat membaca Al quran dn beraktifitas dg bekal Al quran

Jumat, 06 Maret 2015

Orang orang Allah (yusdeka)

MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…., Bagian-13
Maret 6, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Dari ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadist diatas, ternyata kebanyakan kita telah KEHILANGAN KEWASPADAAN kita untuk memahami MAKNA-MAKNA KUNCI yang terkandung di dalamnya. Makna kunci tentang CARA kita BERTEMU dan membina TITIK SIMPUL HUBUNGAN kita dengan Allah.

Makna-makna Kunci itu adalah:

1. PINTU PERTEMUAN dan CARA BERHUBUNGAN kita dengan ALLAH adalah melalui pintu dan cara MENGINGATI ALLAH (DZIKRULLAH). Bukan dengan pintu-pintu dan cara-cara yang lain.
2. Dengan MENGINGATI ALLAH, maka secara otomatis kita akan segera BERTEMU dan TERHUBUNG kembali dengan Allah.
3. TEMPAT kita MENGINGATI ALLAH itu adalah DI DALAM JIWA kita, atau di DALAM AN NAFS. bukan DI LUAR JIWA KITA. Untuk itu kita harus kenal betul dengan apa yang disebut sebagai AN NAFS, atau JIWA kita ini. Bahwa AN NAFS (JIWA) adalah PERPADUAN ANTARA HATI dan RUH.
4. TEMPAT kita untuk MENGINGATI ALLAH itu, ternyata bisa DIDEKAT-DEKATKAN kepada ALLAH. JIWA kita itu bisa didekatkan SEJENGKAL dan bisa pula didekatkan SEHASTA kepada Allah.
5. Tempat dimana kita bisa MENDEKAT-DKATKANKAN JIWA kita kepada Allah itu disebut juga sebagai TEMPAT PERTENGAHAN atau boleh juga disebut sebagai BASE CAMP kita. Disinilah kita BERISTIRAHAT dan DIAM MENUNGGU terjadinya proses INGATAN kita kepada ALLAH itu akan BERTEMU dan DISAMBUT oleh ALLAH dengan INGATAN ALLAH kepada kita.
6. Sambutan-sambutan dari Allah terhadap aktifitas kita bisa juga disebut dengan RIQQAH, yang di dalamnya akan memuat pula ILHAM atau Informasi-informasi dan Pengetahuan-pengetahuan yang akan kita perlukan dalam kita menjalankan tugas-tugas kita sebagai orang-orang Allah.
7. Setelah adanya PERTEMUAN dan KETERSAMBUNGAN kita kembali dengan Allah, dan kita menerima pula sinyal-sinyal sambutan dari Allah, maka barulah setelah itu kita akan bisa melakukan berbagai kegiatan dan ibadah-ibadah kita sesuai dengan kualitas sebagai “orang-orang Allah”.
8. Tugas kita selanjutnya hanyalah untuk MENJAGA dan MEMBINA Base Camp kita masing-masing, baik saat kita sedang menjalankan tugasan ataupun tidak, agar ia tidak dimasuki oleh ingatan-ingatan lain selain dari Ingatan kepada Allah. Karena disitulah hampir seluruh hari-hari kita akan kita habiskan untuk Berkhalwat bersama Allah.
9. Hanya Tugasan dari Allahlah yang akan membuat kita berjalan dari satu tempat ketempat yang lain tanpa henti. Dan dalam tugasan itu, kita akan tetap selalu MENJUNJUNG Bilik KHALWAT kita dimanapun kita berada dan kemanapun kita pergi. Karena Bilik Khalwat kita itu memang isinya hanya SATU saja yaitu INGATAN kita KEPADA ALLAH.
10. Barulah kemudian Allah akan seringkali berkenan memanggil-manggil kita untuk BERGABUNG dalam PERTEMUAN JAMA’AH orang-orang Allah..

IRJI’I.., IRJI’I.., IRJI’I…

Dan pertemuan diantara Jama’ah orang-orang Allah itu ternyata memang bukanlah sebuah pertemuan biasa…!. Tapi sebuah pertemuan yang sungguh mengharubirukan segalanya…

Dengan begitu, maka tidak akan ada lagi rasa keterpisahan kita dengan Allah. Karena sebenarnya kita memang tidak pernah terpisah sama sekali dengan Allah dari sejak awal. Dan kitapun tidak perlu pula bersusah-susah untuk menyambung-nyambungkan kembali diri kita ini dengan Allah. Sebab Allah sendirilah yang akan menyambungkan kembali rasa keterpisahan kita itu dengan mengirimkan RASA SAMBUNG dari-Nya kepada kita.

Sungguh, tatkala Fadzkuruni telah berbalas dengan Adzkurkum, maka tiada lagi ketenteraman dan ketenangan lain yang akan bisa mengatasinya. The Remembrance of Allah is really the Ultimate of the Everything.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…., Bagian-12
Maret 6, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Ya begitulah…!. Masak tidak pecaya…?

Pintu masuk untuk pertemuan kita dengan Allah itu adalah Pintu Ingatan kepada Allah (Dzikrullah). Dan tentang pintu itu Allah sendiri yang telah memberi tahunya kepada kita sejak turunnya Al Qur’an kepada Rasulullah SAW.

“FADZKURUNI ADZKURKUM, INGATLAH kamu kepada-Ku, niscaya Aku INGAT (pula) kepadamu”, Al Baqarah (2): 152.

Untuk mengetahui betapa pentingnya MENGINGATI ALLAH ini, kita dapat melihatnya di dalam kumpulan ayat Al Qur’an dan Al Hadist berikut ini:

1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah Ta’ala berfirman :

• Aku menurut SANGKAAN hamba-Ku kepada-Ku,
• dan Aku BERSAMANYA ketika ia MENGINGAT-KU.
• Jika ia INGAT kepadaKu DI DALAM dirinya maka Aku INGAT kepadanya DI DALAM diri-Ku.
• Jika ia ingat kepadaKu DI DALAM kelompok orang banyak maka Aku akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari padanya.
• Jika ia MENDEKAT kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta.
• Jika ia MENDEKAT kepadaKu sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa.
• Jika ia DATANG kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil”. (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah dan At Turmidzi).

2. Abu al-Darda` meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: “Maukah kalian saya beritahukan tentang sebaik-baik amalan kalian, yang lebih diridhoi oleh Rabb kalian, lebih mengangkat derajat kalian, lebih baik bagi kalian daripada kalian bersedekah dengan emas dan perak, lebih baik daripada kalian berperang dengan musuh-musuh kalian kemudian kalian tebas batang leher mereka atau mereka menebas batang leher kalian?” Para sahabat bertanya, “Apakah amalan itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “DZIKRULLAH (INGAT KEPADA ALLAH).” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad dan Hakim).

3. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah SHALAT untuk MENGINGATI AKU. (QS. Thaha [20]: 14).

4. “… setelah engkau menyelesaikan sholat maka INGATLAH ALLAH sambil BERDIRI, DUDUK, dan BERBARING setelah mencapai tenang maka sholatlah kembali…”, (An nisa 103).

5. “(yaitu) orang-orang yang MENGINGATI ALLAH sambil BERDIRI atau DUDUK atau dalam keadan BERBARING…”, (QS. Ali ‘Imran [3]: 191).

6. “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari MENGINGATI ALLAH,…” (QS. An Nur: 37)

7. Dan INGATLAH Tuhanmu DI DALAM Nafsmu (JIWAMU) dengan penuh Tadarru’ dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raaf [7]: 205).

8. “…Aku bersamanya jika ia mengingati Aku. Sekiranya ia mengingati Aku di dalam dirinya, Aku akan mengingati mereka di dalam Diri-Ku…”, (Shahih Muslim).

9. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka INGATLAH ALLAH, sebagaimana kamu MENGINGAT nenek moyangmu, atau (bahkan) INGATLAH lebih dari itu. (QS. al-Baqarah [2]: 200).

10. Abu Musa meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda: “Perumpaan orang yang INGAT kepada Tuhannya dengan orang yang TIDAK INGAT kepada Tuhannya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

11. (yaitu) orang-orang yang beriman dan HATI mereka menjadi TENTERAM dengan MENGINGATI ALLAH. Ingatlah, HANYA dengan MENGINGATI ALLAH-LAH hati menjadi TENTERAM. (QS. al-Ra’d [13]: 28).

12. Mataku memang tidur tapi hatiku tidaklah tidur. [HR. Bukhari No.3304]. Beliau selalu dan berketetapan dalam MENGINGATI ALLAH (DZIKRULLAH). Mungkin dalam Istilah Syech Ibnul Qayyum ini yang disebut dengan AT TAMAKKUN.

Jadi untuk menyambungkan kembali rasa keterpisahan kita dengan Allah itu sangat MUDAH sekali. Kita tinggal hanya MENGINGAT ALLAH. DZIKRULLAH. Begitu kita ingat Allah, maka kita akan segera merasakan adanya BALASAN dari Allah… Disitulah Nikmatnya. Sebab seketika itu juga akan ada rasa TENTERAM yang akan dirasakan oleh RUH.

MENGINGAT akan SANGAT BERBEDA dengan MENYEBUT. Kalau Mengingat kita bisa berketerusan (LANGGENG), sedangkan kalau menyebut kita hanya bisa bertahan untuk beberapa saat saja. Mengingat bisa kita lakukan di mana saja dan kapan saja, sedangkan Menyebut hanya bisa kita lakukan pada waktu-waktu tertentu, dengan cara tertentu, dan di tempat-tempat tertentu pula. Misalnya, kita bisa mengingat Allah saat kita BAB atau BAK di kamar mandi, akan tetapi kita dilarang MENYEBUT-NYEBUT Nama Allah saat kita dikamar mandi seperti itu.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-11
Maret 5, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
PINTU INGATAN KEPADA ALLAH, DZIKRULLAH…

Pada artikel Makrifatullah, kita juga sudah membahas secara panjang lebar bahwa kita dan semua yang tercipta ini adalah TIDAK TERPISAH dengan ALLAH. Secara Dzahir kita memang terlihat terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya. Makanya secara Dzahir semua ciptaan itu terlihat banyak dan beragam. Sebab yang kita lihat adalah SIFAT-SIFAT.

Akan tetapi secara Bathin kita semua adalah SATU, yaitu SEJUMPUT KECIL DARI DZAT ALLAH Sendiri yang telah Allah Ridhakan untuk menjadi BAHAN DASAR dan PENYEBAB dari terciptanya SEMUA CIPTAAN. Dengan begitu dapatlah dikatakan bahwa Dzat Allah yang sejumput itu adalah menjadi Bathin dari semua Ciptaan yang terdzahir. Dzat Yang Dzahir itu tidak terpisah dari Dzat Yang Dzahir. SATU. Bedanya hanya seperti KULIT dengan ISI, seperti Baju dengan Badan, seperti Kura-kura dengan kulit CANGKANGNYA.

Semua perubahan-perubahan dari Dzat Yang Bathin menjadi Dzat Yang Dzahir, atau sebaliknya dari Dzat Yang Zhahir kembali menjadi Dzat Yang Bathin, itu terjadi hanya di Dalam Lauhul Mahfuz saja. Apapun yang BERLAKU di Dalam Lauhul Mahfuz itu, semuanya TERJADI karena adanya PERLAKUAN ALLAH terhadap Dzat-Nya sendiri yang berada di dalam Lauhul Mahfuz itu.

Sedangkan DI LUAR LAUHUL MAHFUZ, yang Wujud semata-mata hanyalah Dzat-Nya yang penuh Misteri dan Rahasia. Dzat-Nya Yang Maha Suci dari berbagai persepsi dan logika yang bagaimanapun juga.

Oleh karena Dzat Yang Bathin itu adalah sejumput kecil saja dari Dzat-Nya Yang Keseluruhan, Yang Maha Besar dan Maha Indah, maka secara otomatis semua ciptaan termasuk kita semua, sebenarnya juga TIDAK PERNAH TERPISAH dengan ALLAH walau sedikitpun atau sebentar waktupun.

HAKEKATNYA, KITA SEMUA ADALAH BAGIAN DARI ALLAH. Akan tetapi BUKAN untuk yang SEBALIKNYA. ALLAH BUKANLAH BAGIAN DARI KITA… Inilah Prinsip TAUHID yang tidak akan bisa dibantah dan dilawan oleh siapapun juga.

Akan tetapi, dengan sistem pengajaran yang sampai kepada kita, semenjak kita dilahirkan sampai kita dewasa, kita sudah menjadi TIDAK INGAT sama sekali bahwa kita ini sebenarnya adalah TETAP TERHUBUNG dan TERSAMBUNG dengan ALLAH selamanya. Kita LUPA bahwa kita ini sebenarnya MASIH tersambung dengan Allah dari dulu dan sampai kapanpun juga. Karena kita telah LUPA keadaaan itu, maka kitapun merasa jadi TERPISAH dengan ALLAH.

Yang kita INGAT adalah bahwa kita ini TERPISAH dengan ALLAH. Rasa TERPISAH dengan Allah inilah yang membuat kita ingin KEMBALI BERSATU dengan-Nya. Sebuah keinginan yang wajar saja sebenarnya. Karena sebenarnya kita masih ingat secara samar-samar bahwa kita ini dulu pernah begitu dekatnya dengan Allah. Kita pernah begitu Akrab dengan Allah. Rasa pernah dekat dengan Allah itulah yang mendera kerinduan kita yang sangat dalam untuk segera menemukan kembali TITIK SIMPUL kesambungan kita dengan Allah yang telah putus itu.

Cara untuk mencari titik simpul itulah ternyata yang sangat beragam kita temukan sekarang ini. Dan keragaman itu sudah berlangsung sangat lama sekali. Karena memang begitulah takdir yang sudah dituliskan oleh Allah untuk terjadi…

Misalnya…
Dalam keadaan kita merasa TERPISAH dengan Allah itu kita berusaha memanggil-manggil Allah, menyebut-nyebut Nama Allah, dengan jumlah yang sangat banyak dan dalam waktu yang sangat lama, dan di tempat-tempat yang tidak umum seperti di lapangan, goa-goa, tempat petilasan, tempat pertapaan. Dengan melakukan itu, kita berharap bahwa kita BISA kembali TERSAMBUNG dengan ALLAH. Kalau kita sudah merasa Tersambung dengan Allah, maka kita akan merasa MENYATU KEMBALI DENGAN ALLAH. Disinilah awal mula munculnya konsep Wahdatul Wujud, Manunggaling kawulo lan Gusti, dan sebagainya.

Dalam prosesnya, kita juga memakai berbagai OBJEK PIKIR PERANTARA (BERHALA) agar ingatan kita tidak pergi kemana-mana, seperti cakra (terutama CAKRA DADA), lathaif (terutama LATHAIF QALB), gerakan keluar masuk nafas, sensasi ARAH (ATAS-BAWAH), sensasi rasa TINGGI, sensasi rasa BESAR, dan sebagainya. Hampir semuanya membawa konsentrasi kita MASUK ke DALAM DADA (JANTUNG). Karena memang seperti TERASA ada getarannya di dalam dada kita itu. Proses-proses seperti inilah kemudian yang kita kenal dan sebut sebagai DZIKIR, PATRAP, WIRID, DZIKRULLAH, MEDITASI, dan sebagainya. Sebuah aktifitas yang sama dan serupa dengan BANYAK NAMA yang berbeda.

Dengan cara yang seperti ini kita terpaksa melakukan proses NAFI-ISBATH. yaitu kita BERGERAK dan BERJALAN dari satu perantara ke perantara yang lain. Kita nafikan (TIADAKAN dan TINGGALKAN) perantara yang pertama untuk kemudian kita mengisbathkan (ADAKAN dan NYATAKAN) perantara-perantara berikutnya sebagai sesuatu yang lebih dari perantara yang sebelumnya. Akhirnya, yang entah memakan proses berapa lama, kita baru bisa mengisbathkan bahwa pada puncaknya hanya Allah saja Yang Ada.

Ciri-ciri dari proses nafi isbath ini adalah: ada URUTAN PENOMORAN dari perantara perantara itu. Misalnya Dzikir Tingkat 1-2-3; Nafas tingkat 1-2-3; dzikir Jahar, dzikir qalb, dzikir Khafi; Cakra 1-2-3… dst; lathaif 1-2-3, dst.; ada getaran pribadi, getaran alam, dst; dan lain lain sebagainya.

Jebakan Batmannya adalah, pada setiap OBJEK PIKIR ANTARA (Berhala) itu ada FENOMENA dan GETARANNYA. Selama dalam perjalan itu akan ada menangisnya, ada keadaan luasnya, ada senangnya, ada bahagianya, ada tenangnya, ada khusyuknya, ada powernya, ada kesaktiannya, ada kayanya, ada pengkabulan-pengkabulannya. Kita merasa sudah SAMPAI bertemu dengan Allah, tapi sebenarnya kita masih berada di sensasi-sensasi BERHALA.

Kita seakan-akan merasa bahwa fenomena-fenomena dan respon-respon itu adalah berasal dari Allah. Karena saat melakukannya kita memang sudah menyebut-nyebut Nama Allah. Padahal itu barulah sensasi-sensasi yang Allah sengaja letakkan pada Berhala-berhala itu, ditambah dengan sensasi-sensasi dan fenomena-fenomena yang dibuat-buat oleh syaitan.

Sensasi-sensasi dan fenomena-fenomena itu adalah TIPUAN dari Allah, karena saat itu kita memang sedang MENIPU ALLAH pula. Kita menipu Allah dengan menyebut-nyebut Nama-Nya tetapi saat itu INGATAN kita malah sedang mengingati berbagai Objek Pikir Perantara (berhala).

Oleh sebab itu dengan segera saja muncullah rasa di dalam diri kita bahwa kita adalah orang-orang yang diistimewakan Allah karena Dzikir kita kepada-Nya. Kita merasa diberikan kelebihan oleh Allah dengan bisa melakukan dan mendapatkan semua apa-apa yang kita inginkan. Hanya menunggu saatnya saja, kita merasa malah kita yang telah menjadi RAJA. Bahkan kita merasa lebih hebat dari Raja Yang sebenarnya. Kita seperti bisa memerintah-merintah Raja Yang sebenarnya…

Dengan mengetahui penyebab dari rasa keterpisahan kita dengan Allah seperti ini, maka sebenarnya dengan sangat mudah kita sudah bisa kembali menemukan TITIK SIMPUL kesambungan kita dengan Allah itu. Titik simpul itu adalah INGATAN kita.

Tapi ingatan yang kita maksud itu bukanlah sembarangan INGATAN, tetapi INGATAN KEPADA ALLAH, DZIKRULLAH. Bahwa KITA TERNYATA BISA BERTEMU DENGAN ALLAH melalui PINTU INGATAN KITA KEPADANYA.

“Ah…, masak sih?, kan itu juga yang sudah kita lakukan selama ini. Kita sudah baca-baca ini dan itu…, wirid ini dan itu, dzikir ini dan itu, dan jumlah hitungannya ada yang sangat banyak pula, akan tetapi kok hasilnya begitu-begitu saja?”, sergah suara batin kita membantahnya…

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…., Bagian-10
Maret 5, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
PINTU INGATAN…

INGATAN adalah sebuah hasil REKAM JEJAK dari suatu KEADAAN atau HAL yang pernah kita ALAMI ketika kita BERTEMU atau BERJUMPA dengan SESUATU.

Dengan begitu kita dapat memahami bahwa sepanjang hidup ini kita telah membuat berbagai PINTU INGATAN yang bisa kita masuk-masuki kembali dikemudian hari. INGATAN itu sebenarnya adalah dalam bentuk GAMBARAN saja dari apa-apa yang pernah kita TEMUI atau JUMPAI sebelumnya.

MENGINGAT berarti kita berusaha untuk mengalami kembali KEADAAN demi KEADAAN atau HAL-HAL yang pernah terjadi dan yang kita rasakan ketika dulu kita pernah BERTEMU dan BERJUMA dengan SESUATU. Dengan mengingatnya kembali, kita akan bisa pula kembali merasakan keadaan dan hal yang pernah kita alami ketika kita dekat dengannya, ketika kita pernah bergaul akrab dengannya, ketika kita pernah bertutur sapa dengannya, dan ketika kita pernah mereguk kenikmatan hidup bersamanya.

Mengingat sangat berbeda sekali dengan MENGKHAYAL atau PERSANGKAAN. Sebab Mengkhayal atau Persangkaan adalah usaha kita untuk MEREKA-REKA suatu keadaan yang belum pernah kita alami, menjadi SEAKAN-AKAN sesuatu itu sudah pernah kita jumpai dan temui sebelumnya. Misalnya, kalau kita belum pernah pergi ke Mekkah tapi kita mencoba mengingat-ngingat Mekkah, maka itu namanya kita sedang berkhayal.

Misalnya lagi, kalau kita mengatakan bahwa kita pernah melihat syurga dan neraka dalam proses berspiritual kita, maka sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah khayalan kita belaka. Boleh jadi gambaran-gambaran khayalnya itu berasal dari buku-buku cerita tentang syurga dan neraka yang pernah kita baca sebelumnya. Atau boleh jadi pula khayalan itu adalah hasil rekayasa syaitan yang menghembus-hembuskan khayalan kepada kita karena kita saat itu memang sedang menjadi teman akrabnya. Dalam istilah Al Qur’an, hembusan syaitan ini disebut dengan WAS-WAS, atau ANGAN-ANGAN, KERAGU-RAGUAN, FANTASI, dan sebagainya. Seakan-akan yang tiada itu menjadi ada, atau yang ada menjadi tiada.

LUPA adalah suatu keadaan dimana kita sudah TIDAK INGAT lagi kepada SESUATU yang DAHULU kita pernah BERJUMPA dan BERTEMU dengannya. Kalau kita LUPA secara TOTAL, maka kita tidak akan ingat apa-apa lagi dengannya. Kita akan menjadi buta, tuli, dan bisu tatkala kita diingatkan kepadanya. Kita menjadi PUTUS HUBUNGAN dengannya. Kita merasa TERPISAH dengannya, walaupun sesuatu itu sebenarnya sangat dekat dengan kita dan kita juga bisa melihat jejak-jejak keberadaannya. Tetapi karena kita sudah lupa kepadanya, maka kita sudah tidak bisa lagi merasakan keberadaannya.

Dalam keadaan lupa itu, yang ada dalam INGATAN kita saat itu adalah sesuatu YANG LAIN atau YANG BARU, yang lebih kuat menarik-narik kita untuk selalu mengingatinya, sehingga kita menjadi LUPA dengan sesuatu yang lebih awal kita kenali dan jumpai.

Suatu INGATAN yang MENGHALANGI kita untuk bisa SELALU mengingati sesuatu YANG SEHARUSNYA SELALU DIINGAT-INGAT disebut sebagai BERHALA. Kita sudah pernah membahas bahwa yang bisa menjadi berhala-berhala kita itu adalah: Sembahan-sembahan kita selain kepada Allah dan juga Anak, istri/suami, harta (materi maupun non materi), jabatan/pekerjaan, dan ILMU. Tidak jauh-jauh dari itu…

Misalnya begini: Di dalam shalat kita harus selalu MENGINGATI ALLAH selama kita melakukan shalat itu. Dengan mengingat Allah, ketika kita mengucapkan puja-puji, maka yang kita puja-puji itu adalah Allah. Ketika kita rukuk dan sujud, maka yang kita rukuki dan sujudi itu adalah Allah. Ketika kita berdo’a, maka alamat kita berdo’a itu adalah Allah.

Akan tetapi ketika kita shalat, kalau mulai dari awal sampai akhir kita mengingati banyak hal yang selain dari Allah, maka kita bisa disebut sebagai orang yang sedang menyembah banyak berhala. Kita memuji berhala, kita rukuk dan sjud kepada berhala. Kita berdoa kepada berhala. Makanya rasa shalatnya juga sama dengan rasa orang yang sedang menyembah berhala. Hambar dan kering. Karena berhala itu tidak punya kehidupan. Kita saat itu sedang membuat sebuah hubungan dengan sesuatu yang tidak punya kehidupan. Makanya tidak ada rasanya.

Contoh lainnya, kita selalu bisa SETIAP SAAT membuat sebuah HUBUNGAN dengan IBU kita dengan cara kita MENGINGAT BELIAU. Untuk mengingat beliau kita tidak perlu menyebut-nyebut dan memanggil-manggil nama beliau, tidak perlu membayangkan wajah beliau, tidak perlu menghurufkan beliau dengan I-B-U. Saat kita bisa mengingat Beliau, maka kita akan bisa pula merasakan rasa rindu kita kepada Beliau.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…., Bagian-9
Maret 4, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
ANTARA PERTEMUAN atau PERJALANAN…

PERTEMUAN bermakna bahwa kita telah BERJUMPA dengan SESUATU yang KITA TUJU atau yang KITA INGINI. SESUATU yang kita tuju dan kita ingini itu PASTILAH SUDAH JELAS, SUDAH TERANG BENDERANG, dan SUDAH tidak ada lagi KERAGU-RAGUAN kita dengannya. Saat berjumpa dengannya, sudah tidak ada proses protokoler apa-apa lagi yang harus kita jalani sebelumnya. Bertemu. Titik.

Kalau sesuatu yang kita tuju itu adalah sesuatu YANG HIDUP. Maka pertemuan kita dengannya itu sudah tidak ada apa-apa lagi yang MENGHALANGI diantara kita dengannya. Kita SUDAH BISA saling berinteraksi, saling berkomunikasi, saling berjabat tangan, dan saling berbagi RASA dengannya. Sebuah perjumpaan yang benar-benar HIDUP dan PENUH MAKNA pula.

Tatkala kita sudah HIDUP bersamanya dan kita sudah MENYERAH TOTAL pula kepadanya, maka saat itulah kita akan merasakan KETENTERAMAN dan KETENANGAN yang sangat dalam. Semuanya menjadi begitu RINGAN dan LUNAK (TALINU). Semuanya menjadi begitu MENGGAIRAHKAN. Ada kehidupan yang benar-benar membetot seluruh perhatian kita agar kita tidak berpaling lagi darinya.

Menangiskah kita, tertawakah kita, takutkah kita, atau senangkah kita, semuanya itu hanyalah sebagai pertanda saja bahwa kita punya KEHIDUPAN bersamanya. Semua terjadi begitu wajar. Karena kita memang sudah berserah total kepada sesuatu yang sangat-sangat kita percayai. Kita sudah sangat percaya bahwa Ia akan berbuat dan memberikan yang TERBAIK buat kita…

Sementara itu, PERJALANAN bermakna bahwa saat itu kita masih dalam PROSES BERGERAK untuk MENUJU SESUATU yang ingin kita JUMPAI dan kita TUJU. Karena masih bergerak, maka antara kita dengan SESUATU itu berarti masih JAUH, masih ada JARAK, masih ada penghalang yang MEMBATASI kita dengannya. Kita BELUM SAMPAI BERTEMU dengannya.

Dalam perjalanan itu boleh jadi kita masih bertanya-tanya kesana kemari. Kita masih mencari-cari kejelasan tentangnya. Kita masih meraba-raba penuh keraguan. “Inikah…, inikah..,, mungkinkan…, mungkinkah…”, bisik kita penuh harapan.

Karena kita masih berjalan, maka kita akan sering berhenti ditempat-tempat PERSINGGAHAN yang memang sangat banyak sekali bertebaran disepanjang jalan yang sedang dan akan kita lalui. Tempat persinggahan itu kadangkala begitu MEMPESONA. Kita merasa bahwa seakan-akan kita sudah sampai pada apa yang ingin kita tuju dan kita jumpai. Walaupun sekilas kita masih bisa melihat bahwa setelah tempat persinggahan itu masih ada jalan berikutnya yang bisa kita lalui, namun kita sudah kadung kesemsem dengan tempat persinggahan yang tengah kita diami itu. Kita tidak mau beranjak dari satu. Sehingga jadilah kita menjadi seorang PESINGGAH saja sepanjang hidup kita. Kita jadi tidak pernah kesampaian untuk bertemu dan berjumpa dengan SESUATU yang SEHARUSNYA kita TEMUI dan JUMPAI.

Karena ada JARAK yang membatasi dengan apa yang seharusnya kita temui dan jumpai itu, maka kita akan merasakan KETERPISAHAN dengannya. Perasaan kita yang munculpun adalah perasaan karena kita belum jumpa-jumpa juga dengannya. Kalaupun kala itu kita sampai menangis berderai-derai air mata, namun tangisan kita itu sebenarnya adalah tangisan rindu, kesal, harap, cemas, menyesal, takut dan tangisan-tangisan lainya sebagai akibat dari rasa ketidaknyamanan kita. Tidak nyaman karena merasa terpisah. Tidak nyaman karena masih merasa jauh.

Oleh sebab itu, agar kita tidak berlama-lama dalam kebingunan, mari kita melangkah dengan cepat untuk mengetahui apa sebenarnya PINTU MASUK kedalam“Taman Larangan Raja dari Segala Raja (Maliki yaumiddiin)” itu untuk bisa BERTEMU dengan ALLAH, dan bagaimana CARA masuknya yang paling MUDAH tapi sangat POWERFULL. Sehingga kitapun insyaallah akan bisa mengecap kelezatan menjadi “orang-orang Allah” walaupun dengan kadar yang masih sangat rendah atau taraf pemula saja.

Pintu masuk itu haruslah BISA LANGSUNG membawa kita untuk bertemu dengan Allah tanpa kita harus capek-capek lagi melakukan berbagai PERJALANAN JIWA yang ternyata sangatlah berbahaya sekali. Karena disepanjang perjalanan itu ternyata banyak persinggahan-persinggahan dan aral yang merintangangi jalan kita. Semuanya itu bisa menipu dan menahan perjalanan kita sehingga kita menjadi lupa dengan tujuan kita yang sebenarnya, yaitu untuk Berjumpa dengan Allah.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-8
Maret 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
CATATAN KECIL:

Kepada para sahabat pemraktek ilmu-ilmu diatas, seperti Cakra, Lathaif, Nafas, Hipnotis, NLP, Vibrasi, dan lain-lain sebagainya. Pada kesempatan ini saya mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung dengan tulisan ini. Saya hanya menyampaikan apa-apa yang saya diharuskan untuk menyampaikannya. Nantinya Allah sendirilah yang akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang akan Dia beri petunjuk berikutnya. Sebab Allah punya cara sendiri untuk memberi petunjuk kepada siapa yang ingin Dia beri petunjuk.

Artikel ini adalah sebagai alternatif paradigma pembanding yang tersedia bagi umat islam khususnya, dan bagi seluruh umat manusia pada umumnya. Bahwa ditengah-tengah PENCAMPURADUKAN berbagai paradigma menjadi Satu paradigma pemikiran GADO-GADO seperti yang banyak beredar sekarang ini, masih ada sebuah paradigma yang benar-benar hanya bersandarkan kepada Satu Paradigma saja, yaitu paradigma berpikir Makrifatullah.

Pencampuran paradigma Hindu-Budha-Hipnoterapi-NLP-Islam boelh jadi telah menjadi sebuah agama baru yang lebih dikenal sebagai Paradigma the New Age Generation (NAM) atau apapun jugalah namanya. Dimana dalam paradigma NAM ini sudah tidak ada lagi batas-batas yang jelas antara agama yang satu dengan agama atau pemikiran yang lainnya. Karena praktek-praktek ibadah yang mereka lakukan sudah benar-benar tercampur aduk satu sama lainnya. Misalnya Shalat dan Dzikir dicampur dengan Hipnoterapi. Dzikir dicampur dengan Cakra atau Nafas. Umrah dan Haji dicampur dengan NLP dan Hipnoterapi, dan sebagainya. Hasilnyapun juga tidak ada perbedaan yang signifikan bagi yang melakukannya. Apakah ia seorang yang beragama atau tidak, hasilnya SAMA saja…

Hanya orang-orang yang telah mengalami dan menjalankan kedua macam paradigma itu sajalah yang akan bisa merasakan dan membuktikan bahwa ternyata hasil dari menjalankan paradigma gado-gado itu sangat-sangat berbeda dengan hasil yang di dapatkan dari menjalankan Praktek Makrifatullah. Dan alhamdulillah saya telah diizinkan oleh Allah untuk mengalami dan merasakan perbedaannya. Dan hasil itulah yang saya sampaikan…

The rule is:

Lakukanlah apa yang harus anda perankan dengan sebaik-baiknya, dan saya juga akan menjalankan peranan saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tugasan yang diberikan oleh Allah kepada saya. Kita hanya berbeda dalam menjalankan peranan saja kok…

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-7
Maret 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Taman Larangan kita itu menjadi di penuhi oleh berbagai ANASIR ASING yang akan menjadi BERHALA-BERHALA di dalam Taman Larangan kita itu. Dikatakan berhala karena memang ia MENGHALANGI kita dari MENGINGATI ALLAH. Kita tidak bisa lagi mengingati Allah karena keberadaan berhala-berhala yang ada di dalam Taman Larangan kita itu. Jadi apapun yang MENGHALANGI kita dari mengingati Allah, maka statusnya adalah sebagai BERHALA… Gampang saja kok untuk mengidentifikasinya.. Lihat saja apa yang kita INGATI.

Berhala-berhala itu akan menarik-narik INGATAN kita agar kita selalu mengingati mereka. Ingatan kita akan berpindah dari mengingati satu berhala ke berhala yang lain. Atau kalau ada SATU BERHALA yang sangat DOMINAN di dalam Taman Larang kita itu, maka berhala yang sangat dominan itu akan MENGUNCI MATI ingatan kita untuk selalu mengingatinya secara terus menerus.

Kalau satu berhala yang dominan itu sudah MEMEGANG ingatan kita untuk selalu mengingatinya, maka sejak saat itu mulailah kita menyebut-nyebut nama berhala kita itu di depan orang banyak. Kita mulai membesar-besarkan peran, pengaruh, dan kehebatannya dihadapan orang lain. Kita akan ditarik-tarik untuk selalu menambah pengetahuan kita tentang serba-serbi kehebatan berhala kita itu.

Dan disinilah muncul pendamping kita yang akan memberi kita semangat dan motivasi (WAS-WAS) dalam kita menjalani proses menggadang-gadangkannya, yaitu iblis dan syaitan. Karena memang fitrahnya begitu. Kalau kita mengingati berhala-berhala, maka Allah akan segera mengirim syaitan untuk mendampingi kita dimanapun kita berada dan kemanapun kita pergi. Seperti teman akrab begitulah.

Syaitan dan iblis ini meninabobokkan kita dengan berbagai alam kahayalan dan lamunan. Mereka menambah-nambahi informasi-informasi langit yang tidak utuh mereka terima. Sebab mereka hanya bisa mencuri-curi dengar saja informasi-informasi langit itu dan dapatnya sepotong-sepotong pula. Karena setiap mereka berusaha mendengarkan informasi-informasi langit itu, mereka akan dilempari oleh Malaikat dengan semburan api yang terang dan lemparan panah-panah api.

Mereka juga akan mengenalkan kita dengan berbagai getaran, berbagai rupa dan bentuk, berbagai warna-warni, wujud-wujud yang menakutkan, dan berbagai halusinasi lainnya. Sehingga tiba-tiba saja kita telah berubah menjadi seorang DUKUN, atau paling tidak orang yang bersikap dan bertindak seperti KEDUKUN-DUKUNAN.

Kita jadi sering pamer-pamerkan kehebatan KEDUKUNAN kita gara-gara kita punya berhala dan sekaligus syaitan sebagai pendamping setia kita. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, kita bisa pula mencari NAFKAH untuk keluarga kita dengan lantaran kita mempunyai berhala yang kita besar-besarkan itu.

Dan yang paling mengerikan sebenarnya adalah, ketika kita selalu mengingati berhala-berhala itu, maka ada ANASIR DIRI kita yang menjadi SANGAT MENDERITA karenanya. Yaitu RUH kita.

Ruh pada fitrahnya SELALU ingin merasakan sentuhan-sentuhan Allah, karena Ruh ini memang anasir diri kita yang paling dekat dan paling rindu untuk kembali kepada Allah. Akan tetapi karena saat itu kita sedang mengingati berhala-berhala, maka Ruh kita itu akan DITARIK-TARIK oleh ingatan kita menuju kearah berhala-berhala yang kita ingati itu.

Ruh kita akan berteriak kesakitan, ia akan meronta dan meronta, ia akan menjadi compang caping dan terluka. Ciri-cirinya adalah, tubuh kita akan bergetar-getar, terguling-guling, jatuh bangun tidak karuan. Suara kita sampai berteriak histeris dan MENANGIS seperti kita sedang kesakitan. Lidah kita bisa terjulur-hulur keluar. Kadang kita akan muntah dan mual berkepanjangan. Mata kita melotot-lotot. Kalau kita berbicara, bicara kita itu seperti meracau dengan bahasa yang tidak jelas. Katanya itu JADZAB. Ya nggak lah…

Kalaupun beberapa saat kemudian reaksi yang tidak terkontrol itu berhenti dan tubuh kita menjadi tenang dan diam, namun tenang dan diamnya tubuh kita itu terjadi karena RUH kita saat itu sudah TERKUNCI untuk bergerak dan meronta lebih lanjut. Kalau kita shalat dalam keadaan seperti itu, maka tubuh kita akan tergetar-getar dan bergerak-gerak seperti diluar kendali kita.

Hal Itu tejadi karena shalat sebenarnya adalah sebuah kesempatan yang sangat besar bagi RUH untuk kembali berhubungan dengan Allah. Untuk merasakan sentuhan-sentuhan Allah. Akan tetapi karena saat itu yang ada didalam ingatan kita adalah berhala-berhala kita, maka hubungan antara RUH dengan Allah itu tidak akan pernah terjadi. Karena ia dihalangi dari Allah oleh berhala-berhala yang sedang kita ingati itu. Itulah yang membuat RUH kita selalu gelisah dan meronta. Kadang-kadang keadaan itu keluar dalam bentuk suara mengerang dan melenguh dari dalam dada kita.

Inilah berbagai halangan dan kendala yang ternyata kita hadapi tatkala kita ingin memasuki Taman Larangan yang penghuninya semata-mata adalah orang-orang Allah yang jiwa mereka sudah TENANG dan TENTERAM karena adanya hubungan saling Ridha antara mereka dan Allah…

Ya…, KETENANGAN dan KETENTERAMAN itu hanya dan hanya akan BISA kita dapatkan dengan SATU SEBAB saja. Yaitu dengan sebab TERJADINYA PERJUMPAAN dan PERTEMUAN kita DENGAN ALLAH. Bukan lagi hanya SEKEDAR SADAR kepada Allah, dan Bukan pula dalam BENTUK PERJALANAN-PERJALAN JIWA melalui berbagai MEDIA PERANTARA (BERHALA) seperti CAKRA-CAKRA, LATHAIF-LATHAIF, ALIRAN KELUAR MASUK NAFAS, MAUPUN ALAM-ALAM lainnya dengan berbagai macam GETARAN, ENERGI, dan FENOMENANYA.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment »
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-6
Maret 2, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
BUNCAHAN HARAPAN

Setiap hari, dengan penuh kerinduan dan bahkan sampai berlinangan air mati kita sering berdoa berulang kali dalam sebuah bisikan halus: “Rabbana aatina fiddunya hasanah wabil akhirati hasanah..”. Dalam berdo’a itu kita seakan-akan ingin segera memasuki kehidupan alam Syurgawi saat kita masih hidup di dunia ini. Kita tidak ingin berlama-lama menunggu untuk bisa mereguknya saat di akhirat kelak. Kita merasa terlalu lama untuk harus menunggu untuk sampai di kehidupan Syurgawi alam akhirat itu. Sementara dikehidupan dunia saat ini kita merasa sedang begitu menderita dan tersiksa karena kita tengah didera oleh berbagai kepedihan hidup bak kita sedang berada di dalam Neraka dunia saja.

Akan tetapi kehidupan Syurgawi di alam dunia ini ternyata hanya diperuntukkan oleh Allah buat orang-orang KHUSUS dan mereka ditempatkan pula secara KHUSUS oleh Allah di dalam sebuah Taman Larangan…

Taman Larangan itu bukanlah sembarangan Taman, tapi sebuah “Taman Larangan Raja dari segala Raja”, yang isinya melulu adalah orang-orang Allah yang sudah BERJIWA TENANG dan TENTERAM. Mereka sudah RIDHO dengan setiap KETETAPAN ALLAH yang menimpa mereka, dan Allahpun telah RIDHO pula dengan Sikap mereka itu.

Masalahnya adalah, dengan karakter penghuni Taman Larangan yang seperti itu, Berjiwa Tenang dan Tenteram serta Saling Ridho dengan Allah, mungkinkan orang-orang biasa seperti kita ini bisa pula memasukinya?. Kalaupun bisa, dimanakah pintu masuknya berada?, dan sulitkah kita untuk memasukinya?.

Inilah pertanyaan-pertanyaan penuh kecemasan yang telah mendera kita umat manusia ini sejak ratusan tahun setelah Wafatnya Rasulullah SAW. Sebab ternyata selama ini, informasi yang sampai kepada kita menyatakan bahwa kita akan SANGAT SULIT untuk memasukinya kalau tidak mau dikatakan tidak mungkin. Sudahlah sulit untuk memasukinya, Pintu masuknya pun dikatakan sangat banyak dan beragam pula. Ada pintu ini…, pintu itu…, misalnya Shalat wajib, Shalat-shalat Sunnah seperti Tahajud dan Dhuha, Puasa, sedekah, zakat, membaca Al Qur’an, DZIKIR, dan melakukan ibadah-ibadah sunnah lainnya.

Kita sudah mencobanya semuanya. Akan tetapi begitu kita memasuki pintu masuk itu satu persatu, dan bahkan bisa beberapa pintu sekaligus, kita jadi kecele. Sebab ternyata kita masih tetap saja berada di luar Taman Larangan itu seperti biasanya.

Kita menjadi semakin bertanya-tanya. Apakah ada yang salah dengan apa-apa yang kita lakukan selama ini?. Padahal apa-apa yang kita lakukan itu sudah sama betul dengan apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah tergolong pada orang-orang Allah seperti dalam uraian diatas. Tetapi hasilnya kok bisa berbeda?. Kita jadi galau dan bertanya-tanya sepanjang waktu. Kenapa…, oh kenapa…

Sementara dari luar sebelah sana, ada pula orang-orang yang mencoba menawarkan kepada kita pintu-pintu ARTIFICIAL yang telah DIREKA-REKA oleh mereka, yang katanya bisa membuat JIWA kita menjadi TENANG dan TENTERAM. Karena kita saat itu sedang galau dan tidak tentu arah, maka tidak sedikit diantara kita yang tergoda pula untuk mencobanya. Dan jebakannya adalah bahwa hasilnya memang ada…

Untuk sementara waktu kita memang bisa merasa tenang dan tenteram. Kita malah bisa pula mempunyai berbagai KEHEBATAN dan KESAKTIAN. Akan tetapi dalam beberapa waktu kemudian HATI kita kembali menjadi BERKOCAK ketika kita menghadapi berbagai masalah yang silih berganti datang dan pergi kepada kita. Sebab Tenang dan Tenteram yang kita dapatkan itu ternyata adalah Tenang dan Tenteram yang Artificial, karena ia datang dari cara-cara yang artificial pula. Palsu dan sementara saja sifatnya.

Dikatakan palsu, karena Tenang dan Tenteram yang kita dapatkan itu adalah tenang karena diri kita dihipnosa oleh orang lain ataupun oleh diri kita sendiri (self hipnosa). Jadi Tenang dan Tenteramnya adalah Tenang dan Tenteram yang kita ciptaan sendiri dengan pikiran kita. Tenang dan tenteramnya memang tetap ada, namun tidak menetap lama. Air mata kita juga bisa jatuh berderai-derai. Sekresi Hormon endorphine dan hormon-hormon yang memberikan efek EKSTASIS seperti kalau kita memakai OPIUM, candu dan madat, bisa memancar dengan deras ke dalam aliran darah kita. Syuuk…, syuur…

Cara-cara artificial ini JUGA BISA menghasilkan fenomena Out of Body Experience (OBE). Kita bisa keluar dari badan fisik kita dan berkelana ke tempat-tempat yang letaknya entah dimana, GHAIB. Kita juga bisa KASYAF dan bisa melihat sesuatu yang TIDAK terlihat oleh Mata lahiriah. Getaran, power, energi, tenaga dalam, tenaga penyembuhan, dan kesaktian-kesaktian lainnya adalah hasil-hasil sampingan yang sangat mengasyikkan pula yang bisa kita dapatkan dan permain-mainkan.

Tapi sayangnya…, tidak banyak kita yang TAHU bahwa dengan memakai cara-cara artificial seperti itu, alih-alih kita bisa mendapatkan Ketenangan dan Ketentraman, “Taman Larangan Raja dari segala Raja” yang seharusnya BERSIH dan BENING itu, malah berubah menjadi sebuah TAMAN yang KOTOR, GELAP, dan BAU sekali. Sebuah tempat yang sungguh tidak sedap untuk di datangi apalagi untuk ditinggali berlama-lama.

Dan alangkah tidak pantasnya kita merindukan pertemuan demi pertemuan dengan Allah, baik secara sendirian maupun dalam sebuah jamaah, dalam keadaan Taman Larangan kita masing-masing yang masih kotor seperti itu. Sebab Allah PASTI akan MENOLAK untuk MENEMUI kita. Kalau Allah sudah menolak untuk menemui kita, maka JIWA kita tidak akan pernah pula merasa TENANG dan TENTERAM, SELAMANYA.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-5
Maret 1, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah, karena sudah tidak ada lagi tempat bergantung mereka selain hanya kepada Allah, tiada siap-siapa, dan tiada apa-apa lagi yang ada di dalam HATI mereka, kecuali hanya ALLAH, maka Allah sendirilah kemudian yang BERKENAN untuk MENGINGATKAN mereka tentang tugas-tugas mereka.

Ya…, Allahlah sendirilah yang ADZKURKUM (INGAT) kepada mereka. Karena mereka memang sudah TIDAK INGAT kepada siapa-siapa dan apa-apa lagi Kecuali Hanya dan Hanya ingat kepada Allah saja.

Mereka diguyur oleh Allah dengan ILHAM…, ILHAM…, dan ILHAM agar mereka melakukan ini dan itu, agar mereka menyampaikan ini dan itu, agar mereka pergi kesana dan kemari, agar mereka segera memberi dan memberi…

“Wahai orang yang “berselimutkan Dzat”,
Qum…, bangunlah…!
Berilah peringatan…!
Berilah…,.
Qum…, bangunlah untuk Tahajut…!
Shalatlah…!.
Qum…, bangunlah untuk…, untuk…, untuk…!”.

Lalu merekapun bergegas untuk melaksanakan TUGASAN-TUGASAN untuk mereka yang telah DIINGATKAN oleh Allah kepada mereka… Karena mereka memang telah bersedia untuk menjadi “orang-orang Allah”. Petugas Allah…, bukan petugas Partai atau seseorang.

Kalau mereka sudah dalam keadaan BERTUGAS seperti itu, maka mereka akan bekerja bak MATAHARI yang sedang memancarkan sinarnya. Sinar yang menerangi kegelapan. Sinar yang mewarnai pelangi. Sinar yang menuntun gemulainya tarian angin dan tirisan hujan. Sinar yang membeningkan embun. Sinar yang menarik kuncup bunga dan dedaunan bermekaran. Sinar yang menuntun burung-burung berkicau ria. Sinar yang melecut hewan ternak dan binatang-binatang untuk segera Melakonkan Drama Tarian Padang Rumput Savana dan Alunan Gelombang Samudera. Sungguh sebuah Sinar yang merekahkan kehidupan dan keindahan…

• Waktu kerja mereka bisa jadi 24 jam dalam sehari,
• Tiada Cuti dan Libur,
• Membakar diri sendiri,
• Taat,
• Tiada kehendak,
• Tiada dihiraukan oleh kebanyakan manusia,
• Tiada rasa simpati dari manusia,
• Kesyukuran diberikan hanya kepada Allah SWT.
• Diam,
• Tiada sungutan dan rungutan
• Ridha.

Tatkala mereka menghadapi benturan-benturan, aral, dan halangan yang melintang di hadapan mereka dalam mereka menjalankan tugas itu, mereka segera Balik dan Naik ke Base Camp (Bilik Khalwat) yang telah mereka BINA di dalam Taman Larangan Raja untuk bisa menerima Arahan-Arahan berikutnya dari Allah.

Begitu juga SAAT mereka sedang BELUM ada TUGASAN, maka mereka akan masuk ke dalam “BILIK KHALWAT”. Mereka akan DUDUK dan DIAM di dalam Bilik Khalwat itu dengan SABAR, TADARRUK, dan TUMAKNINAH untuk menungggu perintah-perintah berikutnya dari Allah.

Mereka masuk ke dalam Bilik Khalwat itu SENDIRIAN. Mereka tidak boleh membawa apa-apa dan siapa-siapa. Sebab bilik khalwat itu memang adalah wilayah LARANGAN yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang Allah secara sendiri-sendiri. Tidak boleh ada yang lain. Sebab di dalamnya yang ada hanya SATU INGATAN SAJA, yaitu INGATAN mereka yang HANYA kepada Allah saja.

Apapun dan siapapun yang mencoba mengganggu untuk masuk kedalam Bilik Khalwat itu akan mereka TEBAS dengan Pedang Tauhid yang mereka miliki. Pedang itu sangat tajam. Kelebatannya akan secepat kilat mengiris dan menghacurkan para pengganggu itu.

Selama masa menunggu itu, mereka akan membina KEKUATAN dan KEMAMPUAN yang telah Allah anugerahkan kepada mereka untuk bekal mereka dalam menjalankan tugas-tugas mereka yang berikutnya, maupun untuk MENGHIBUR-HIBUR DIRI saat tidak ada tugasan seperti itu.

Dan…, ternyata Bilik Khalwat mereka itu adalah juga berada di dalam “Taman Larangan Raja dari segala Raja” itu sendiri . JANNATI…!.

Mereka Bukan bersembunyi di dalam gua-gua, bukan pula di dalam bilik sempit yang tidak ada lampu dan perabotan apa-apa. Mereka tetap bisa aktif menjalankan kehidupan mereka seperti orang biasa. Mereka berdagang dan bekerja seperti orang kebanyakan. Namun bedanya, kemanapun mereka pergi, dimanapun mereka berada, mereka tetap teguh MENJUNJUNG dan MEMIKUL Taman Larangan itu. Dan Taman itu tetap pula tidak bisa dimasuki oleh siapa-siapa dan apa-apa.

Jadi kemanapun mereka pergi, maka mereka tidak akan terhalangi oleh apapun juga untuk tetap BERKHALWAT, Berdua-duaan dengan Allah dalam sebuah Hubungan yang saling ingat dan mengingatkan. Fazkuruni Adzkurkum. Saat di pasar mereka tetap berkhalwat, saat bekerja mereka tetap berkhalwat, saat berada dikeramaian mereka juga tetap berkhalawat, saat menjalankan tugasan pun mereka tetap berkhalwat.

Sungguh bilik khalwat mereka itu adalah sebuah bilik yang aneh. Boleh jadi tidak ada orangpun yang tahu bahwa mereka sedang berkhalwat. Mereka sama seperti orang biasa. Akan tetapi ada sebuah sikap yang sangat khas yang sedang mereka lakukan saat itu. Ketika MATA mereka melihat segala SIFAT-SIFAT yang tergelar, MATA HATI mereka sedang memandang kepada DZAT yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat yang tergelar itu, dan HATI mereka BERMAKRIFAT dengan selalu MENGINGATI ALLAH…

Mereka tidak melihat apa-apa dan siapa-siapa, sehingga Saat mereka TIDAK sedang menjalankan TUGASAN, boleh jadi mereka juga tidak terlihat oleh apa-apa dan siapa-siapa… Karena mereka sama dengan orang kebanyakan saja.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-4
Februari 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
NUANSA TAMAN LARANGAN…

Kalau kita membaca ayat 27-30 surat Al Fajr mulai dari ayat 30 lalu kembali ke ayat 27, maka kita akan mendapati sebuah KABAR GEMBIRA dari Allah buat seluruh UMAT MANUSIA. Bahwa ADA sebuah TEMPAT yang dinamakan oleh Allah sendiri sebagai JANNATI (Syurga-Ku). Di dalamnya di huni melulu oleh hamba-hamba-Ku (Orang-orang Allah). Tidak ada penghuni lain selain mereka. Ciri-ciri kehidupan mereka adalah bahwa antara mereka dan Allah sudah terjalin hubungan yang saling Ridha dan Meridhai. Mereka benar-benar telah merasakan bahwa Allah telah Ridha kepada mereka. Dan merekapan telah Ridho pula kepada Allah. Sehingga JIWA merekapun menjadi TENTERAM dan TENANG…

Allah tidak mengatakan bahwa JANNATI itu adanya nanti hanya di AKHIRAT. Tapi Allah menyebutkannya sebagi sebuah TEMPAT yang berlaku secara UMUM. Artinya tempat itu bisa ada Di DUNIA saat ini dan bisa pula ada DI KHIRAT kelak. Dua-duanya…

Penghuni JANNATI itu adalah orang-orang yang sudah TIDAK mempunyai masalah lagi dengan Allah, walau sedikitpun. Mereka telah MENYERAH bulat-bulat terhadap setiap KETETAPAN dan KETENTUAN Allah yang telah Allah buatkan untuk mereka maupun untuk semua ciptaan Allah yang lainnya. Jiwa mereka sudah TIDAK BERKOCAK dalam menghadapi berbagai hantaman dan Problematika Kehidupan.

Mereka sudah TIDAK BERGADUH sedikitpun dengan ALLAH dan dengan siapapun juga. Sebab mereka sudah tahu dan paham tentang RAHASIA disebalik segala yang BERLAKU. Bahwa:

• Allah swt adalah Dzat Yang Maha Bijaksana.
• Semua yang Dia buat ada hikmahnya.
• Semua adalah Hak-Nya.
• Semua adalah Dzat-Nya.
• Dia berbuat segala sesuatu terhadap Sedikit dari Dzat-Nya Sendiri.
• Mereka pada hakekatnya adalah tidak wujud.

Melihat kenyataan yang tak terbantahkan itu, jiwa mereka segera saja menyungkur seraya berucap “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka sudah menyadari akan ketiadaan mereka. Ya…, mereka telah mati sebelum mati. Mereka “berkafankan” dan berselimutkan Dzat-Nya yang sejumput…

Sehingga JIWA (AN NAFS) merekapun segera saja menjadi SANGAT TENTERAM dan TENANG… Nafsul Muthma’innah…. Karena mereka sudah bersedia untuk MENYERAH dan RIDHA…

Mereka telah mendapatkan TEMPAT BERGANTUNG yang tidak ada lagi tempat bergantung yang lebih baik dari itu. Mereka telah bergantung TOTAL kepada ALLAH…, sehingga mereka SANGAT LAYAK untuk berkata kepada Allah:

• Inna shalati…
• Wanusuki…
• Wamahyaaya…
• Wamamaati…
• Lillahi rabbil ‘alamiin…

Sungguh…, semua shalat dan ibadah-ibadah mereka yang lain, segala romantika kehidupan dan kematian yang sedang dan yang akan mereka LAKONI, semata-mata hanya mereka dedikasikan sebagai Jalan Pengabdian mereka kepada Allah. Karena mereka semata-mata hanyalah Khalifah bagi Allah untuk merealisasikan Rencana-rancana Allah yang tidak bisa dipikul dan dilaksanakan oleh langit, bumi, dan gunung-gunung.

Oleh sebab itu, KEBERADAAN mereka akan meninggalkan BEKAS. Gerakan KAKI mereka akan membentuk jejak-jejak PERADABAN. TANGAN mereka akan berlimpah dengan KEMANFAATAN. Lidah mereka akan menaburkan KESEJUKAN. Sorot mata mereka akan merekahkan KETEDUHAN dan KESUKACITAAN.

KEGEMBIRAAN dan KESUKACITAAN itu akan bertaburan saat dan dimanapun mereka berada. Sebaliknya, KESUNYIAN dan KEHAMPAAN akan terasa sangat menggigit saat mereka sudah TIADA. Keberadaan maupun ketidakberadaan mereka benar-benar terasa bagi Alam. Karena mereka memang adalah Rahmatan Lil alamin. Petugas Allah untuk menyalurkan berbagai Rahmat Allah untuk Semesta Alam.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-3
Februari 27, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Untuk masuk kedalam wilayah kehidupan orang-orang Allah, kita terlebih dahulu harus tahu bagaimana KEADAAN atau HAL yang sedang dialami oleh orang-orang Allah itu, dimana tempatnya, dan bagaimana caranya agar kita bisa sampai masuk ke tempat itu yang penghuninya semata-mata adalah orang-orang Allah, dan apa saja yang dilakukan oleh mereka setiap saat untuk mengisi hari-hari mereka sebagai orang-orang Allah.

Ya Allah…, izinkanlah hamba Ya Allah….
Bismillahirrahmanirrahim…

Allah memanggil orang-orang-Nya sebagai orang-orang yang sudah mempunyai Jiwa Yang Tenang (Nafsul Muthamainnah).

Wahai Jiwa yang Tenang/Tenteram (Nafsul Muthaminnah)…
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan Ridha dan di Ridhai Tuhanmu…
Maka masuklah kamu kedalam golongan orang-orang-Ku (hamba-hamba-Ku)…
Dan Masuklah ke dalam syurga-Ku (Jannati).
Al Fajr (89): 27-30.

Jiwa yang Tenang atau Jiwa yang Tenteram (Nafsul Muthmainnah) adalah adalah sebuah Prasyarat Utama yang harus kita capai sebelum kita bisa dipanggil oleh Allah sebagai orang-orang Allah. Sebab hanya dan hanya orang-orang yang Jiwanya sudah Tenteram dan sudah Tenang sajalah yang akan bisa RIDHA atau MENYERAH dan MENERIMA apapun juga KETETAPAN Allah yang datang dan pergi menimpanya.

“Dan aku (Muhammad, SAW) diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama BERSERAH DIRI kepada Allah”, Az Zumar (39): 12 dan Al Anaam (6): 14.

Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan tentang bagaimana cara Beliau bereaksi dalam setiap keadaan dan situasi yang berlaku selama Beliau hidup sebagai seorang Rasullullah. Beliau selalu memegang erat keyakinan bahwa Kemulyaan adalah Milik Allah, Kedaulatan adalah Milik Allah, Kebesaran adalah Milik Allah.

Keyakinan itu tidak pernah Beliau langgar walau dengan resiko apapun juga. Walau ada saatnya Beliau dihina, disiksa, difitnah, dan diperangi, dan bahkan mau dibunuh akibat dari keyakinan Beliau itu, namun bagi Beliau Allah tetaplah tidak berkurang Kemulyaan, Kebesaran, dan Kedaulatan-Nya. Beliau tidak pernah bergaduh dengan Allah mengenai keadaan dan kejadian-kejadian yang memberatkan diri Beliau itu, karena Beliau sudah tahu dan paham tentang RAHASIA disebalik segala yang BERLAKU… Bahwa:

Walau kadangkala airmata Beliau jatuh berderai-derai akibat penderitaan Beliau itu, tetapi Beliau tetap berpegang teguh kepada Allah… Karena bagi Beliau hanya Allahlah tempat BERGANTUNG dan BERSANDAR (Allahush Shammad) Beliau dari segala keadaan yang menimpa Beliau.

“… Wa’tashimubillahi hua maulaakum…, fani’mal maulaa wa ni’man nashiir… (Berpegang teguhlah kamu kepada Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong)”, Al Hajj (22): 78.

Sejak berbilang zaman yang lalu, semua orang sebenarnya ingin MENIRU dan MENYONTOH aktifitas-aktifitas yang Beliau lakukan untuk mendapatkan keadaan demi keadaan seperti yang Beliau dapatkan selama Beliau menjalani kehidupan Beliau sebagai seorang Rasulullah sampai dengan Beliau Wafat.

Pada zaman Beliau, kemudian di zaman Khalifah yang Empat, sampai ke zaman Tabi’in dan zaman Tabi’ut Tabi’in Ra, proses meniru dan menyontoh aktifitas-aktifitas Rasululllah itu belumlah mengalami DISTORSI yang berarti. Walaupun di sana-sini sempat juga terjadi gesekan-gesekan, namun secara garis besar perjalanan umat saat itu masih “on the track”. Saat itu masih banyak orang-orang yang mendapatkan jiwanya TENANG dan TENTERAM sebagai ciri-ciri dari predikat golongan orang-orang Allah. Mereka memang tidak menjadi Nabi, sebab Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang terakhir. Tetapi sebagian besar mereka termasuk kepada golongan orang-orang Allah yang akan selalu bersama Nabi di dalam “Taman Larangan Raja dari segala Raja” (Jannati), baik di dunia maupun di akhirat.

Bersambung…

Ditulis dalam INSPIRASI | Tinggalkan komentar
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-2
Februari 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Sang Raja mempunyai jangkauan kekuasaannya yang meliputi seluruh Negara yang berada di dalam wilayah kekuasaannya. Rentang pengaturan, perencanaan, pembangunan, penghancuran, pembinaan, penghukuman yang dia miliki meliputi seluruh wilayah negara yang dia kuasai.

Sesekali sang Raja menyuruh orang-orangnya itu untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu sesuai dengan tugas dan keahlian masing-masing orangnya itu. Begitu disuruh Raja, mereka segera bergegas menjalankan tugas itu dengan membawa semangat penuh, membawa amanah penuh, membawa bekal atau akomodasi penuh. Sebab yang menyuruh mereka adalah Raja yang mempunyai semua fasilitas, mempunyai semua otoritas, dan mempunyai semua akomodasi.

Akan tetapi, dalam menjalankan seberat dan sekeras apapun pekerjaan mereka itu, dalam menjalankan tugas mereka itu, mereka tetap selalu menjaga Kesambungan dan Komunikasinya dengan Raja yang menyuruhnya untuk melaksanakan tugas itu. Sebab tugas itu hanya tugas sementara dan sebentar saja sifatnya. Sakit dan susah, mereka adukan kepada Rajanya. Senang dan gembira, mereka juga sampaikan kepada Rajanya.

Dalam menjalankan tugas itu, mereka tidak memalingkan wajah mereka sedikitpun kepada pintu-pintu lain disekitar mereka yang di dalamnya sedang melambai-lambai rayuan agar mereka singgah sejenak untuk mereguk kenikmatan sesaat hawa nafsu mereka. Mereka tetap istiqamah dalam Menjaga kesambungan Komunikasi mereka dengan Rajanya.

Setelah selesai menjalankan tugas, mereka segera bergegas kembali masuk ke dalam Taman Larangan Istana untuk menunggu dan menunggu tugas-tugas berikutnya dari Rajanya. Mereka tidak akan keluar kalau tidak di suruh oleh Raja. Kalaupun mata mereka sesekali melihat keluar Pagar Taman Larangan Istana, mereka hanya melihatnya sebagai pandangan Orang Luar saja terhadap apa-apa yang terjadi diluar Taman larangan itu. Mereka tidak terpengaruh, mereka tidak berkocak, mereka tidak bertanya-tanya kenapa…, kenapa… Mulut mereka telah terkunci mati untuk menyoal apa-apa yang diluar urusan mereka.

Karena mereka sudah paham pula bahwa di luar itu adalah Urusan Raja untuk menyelesaikannya dengan cara yang mungkin mereka tidak ketahui. Diluar sana, untuk mengimbangi kejahatan, Raja juga sudah menugaskan aparatnya yang akan selalu bertugas untuk menegakkan hukum. Ada Jaksa, polisi, hakim, dan penegak hukum lainnya yang dalam tugasnya akan selalu berbenturan dengan kejahatan.

Untuk mengimbangi kebodohan, Raja akan mengutus para guru yang tugasnya adalah untuk meningkatkan kualitas AKAL dan PENALARAN umat manusia dari generasi ke generasi. Ada guru, dosen, Profesor, dan pembimbing perubahan paradigma berpikir dalam bidang-bidang lainnya yang berguna untuk pembangunan peradaban manusia.

Untuk mengimbangi penyakit, Raja akan mengutus para dokter yang akan bertugas mengalahkan berbagai sumber penyakit, sehingga rakyatnya bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan tanpa halangan.

Nah…, orang-orang Raja yang berada di Dalam Taman Larang Istana, dalam melihat semua kejadian diluar pagar Taman Larangan itu, mereka sudah kehilangan Pandangan Subyektifitas mereka. Karena mereka memang sadar bahwa tiada sedikitpun hak mereka untuk berkata-kata tentang semua kejadian dan peristiwa-peristiwa itu.

Bagi mereka cukup berada di dalam Taman Larang Istana, menunggu tugas-tugas yang akan diberikan oleh Raja kepada mereka. Karena mereka memang hanyalah sekedar orang-orang Raja, yang sudah tidak memerlukan siapa-siapa lagi kecuali Raja yang mereka cintai, dan Raja mereka juga mencintai mereka. Mereka Ridha dengan Raja mereka dan Raja mereka juga Ridha kepada mereka…

Itulah sekilas pembuka kata tentang orang-orang Raja, sebelum kita berbicara tentang orang-orang Allah. Sebab keduanya ada kemiripan yang bisa diambil sebagai bahan untuk pengandaian agar mudah untuk dimengerti.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
MENJADI ORANG-ORANG ALLAH, MUNGKINKAH?…, Bagian-1
Februari 25, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Di dalam sebuah negara, kita sering mendengar istilah-istilah seperti “orang-orang Capres X (x’ers)”, “orang-orang Capres Y (y’ers)”, “orang-orang ex Presiden B (b’ers)”. Begitu juga di tingkat Menteri, Gubernur, Walikota, sampai ke level yang terendah (RT), mereka masing-masing mempunyai “orang-orang mereka” pula. Di dalam sebuah perusahaan pun ada istilah orang-orangnya Dirut Lama atau orang-orangnya Dirut Baru.

Di dalam sebuah negera yang sistem pemerintahannya adalah Kerajaan, orang-orang Raja artinya adalah orang-orang yang sudah rela untuk mengabdikan diri dan kehidupannya kepada Raja hampir seratus persen, misalnya seorang Ajudan Raja, Pengawal Raja, dan sebagainya. Mereka akan menjaga semua aktifitas dan tindakan mereka demi untuk menyenangkan Sang Raja. Mereka tidak mau berjauhan dengan Raja.

Kalau Raja tinggal di sebuah istana, maka mereka akan tinggal di “Taman Larangan Istana”, yang tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang. Taman itu tidak berjauhan dengan Istana. Batas antara Istana dan Taman Larangan itu adalah dinding yang PINTUNYA sesekali saja bisa terbuka untuk Raja bisa memanggil mereka untuk melaksanan suatu keperluan Raja. Taman Larangan itu adalah Base Camp terakhir mereka sebelum mereka bisa bertemu dengan Raja. Disana mereka menunggu dan menunggu arahan demi arahan dari Raja untuk mereka kerjakan dengan bergegas dan penuh semangat.

Mereka adalah orang-orang khusus. Orang-orang yang hanya membaktikan hidupnya untuk Raja. Ingatan mereka dipenuhi dengan Ingatan kepada Raja. Anak dan istri mereka malah seperti hampir selalu berada diluar ingatan mereka. Mereka seperti hanya memikul satu ingatan saja, yaitu ingatan kepada Raja sepanjang hari.

Mereka begitu CINTA kepada Raja mereka dengan ditandai oleh rasa TAKUT mereka untuk kehilangan Raja mereka itu akibat digulingkan oleh Raja lain, misalnya. Sebab dengan turunnya Raja dari jabatannya, maka jabatan mereka sebagai orang-orang Raja juga akan sangat lemah dan mudah dicabut kembali oleh Raja yang baru.

Mereka akan menunggu dengan sabar panggilan-panggilan Raja kalau-kalau Raja membutuhkannya untuk melakukan sesuatu. Mereka akan melakukan apapun juga tugas dari Raja. Kadangkala mereka disuruh Raja kesana kemari untuk menyampaikan sesuatu atas nama Raja. Kalau bercerita kepada orang lain, mereka akan menceritakan betapa baiknya sang Raja. Mereka akan membesar-besarkan Raja. Mereka akan melihat semua yang dilakukan Raja kepadanya, walaupun itu melelahkan dan membuat tubuh mereka sakit, itu adalah tugas atau ujian belaka dari Raja bagi mereka.

Kalau ada orang lain yang berada diluar Taman Larangan Istana itu yang ikut-ikutan menunggu untuk disapa dan di panggil oleh Raja, maka sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan mendapatkan kesempatan yang sangat kecil untuk itu. Walau mereka melakukan berbagai kegiatan untuk menarik perhatian Raja, mereka berlelah-lelah, mereka berteriak-teriak, mereka membuat suara-suara yang menghiba-hiba, boleh jadi mereka akan tetap didiamkan oleh Raja. Sebab mereka belumlah tergolong pada kelompok orang-orang Raja.

Apalagi kalau orang lain itu berada sangat jauh di luar Taman Larangan Istana, mereka hanyalah sekedar partisan, atau orang yang sedang bermimpi, atau bahkan gila. Mereka berbicara sendiri, tertawa sendiri, menangis sendiri. Mereka seperti tidak punya tempat berpegangan dan berpaut dalam mengarungi terjalnya jalan kehidupan mereka.

Kalaupun mereka tahu bahwa pada kehidupan yang dekat dengan Istana Raja, yaitu Taman Larangan Istana, adalah tempat bagi kehidupan yang sangat tenteram, mereka tidak menemukan jalan untuk pergi mendekati Taman Larangan itu. Karena dalam pandangan mata mereka, dihadapan mereka masih terbentang begitu banyak JALAN atau PINTU LAIN yang sekilas terlihat lebih menerbitkan selera untuk mereka masuki.

Dalam pandangan mata mereka, jalan dibalik pintu-pintu lain itu kelihatan lebih berwarna-warni, lebih gegap gempita, lebih semerbak harum, lebih riuh rendah, lebih memanjakan Hawa Nafsu mereka yang memang ingin liar bergerak dan berlari kesana kemari. Tapi mereka TIDAK mengetahui bahwa hanya ada SATU JALAN atau SATU PINTU saja yang bisa membawa mereka untuk masuk ke Taman Larangan Istana itu. Yaitu pintu Taman Larangan Istana, yang didalamnya hanya ada satu kegiatan saja, yaitu kegiatan Menjaga KESAMBUNGAN dan KOMUNIKASI mereka, yang berada di dalam Taman Larangan, dengan Sang Raja yang berada Di Dalam Istananya di balik Pagar Taman Larangan. Mereka yang berjauhan dengan Taman Larangan Istana tidak mengetahui itu.

Bersambung