Kamis, 14 Mei 2015

SI iqro bismirobbika

[14/5 15:42] ‪+62 813-1748-0846‬: Kenyataan bahwa Allah SWT Maha Pengampun haruslah tergelar, karena itulah Allah zahirkan para pendosa di atas muka bumi ini, yang kemudian mereka bertaubat dan Allah ampuni.

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka” (HR. Muslim).

Kenyataan bahwa Allah Maha Menghidupkan dan Mematikan mestilah tergelar, itu sebab Allah zahirkan kejadian yang seolah-olah causal; Drama kematian dan kehidupan. Ada bayi-bayi menangis di rumah sakit, ada pula tragedi, perang, kecelakaan, kematian.

Kenyataan bahwa Allah SWT Maha Memberikan Rezeki haruslah tergelar, itulah mengapa Allah zahirkan gedung-gedung menjulang, pabrik-pabrik, orang-orang miskin yang memenuhi perempatan lampu merah, mobil-mobil yang berhenti sejenak dan membuka kaca memberikan receh pada pengemis, induk burung-burung yang terbang bolak-balik membawa cacing untuk dimakan anaknya, atau seekor kijang yang tewas berdarah-darah diterkam harimau yang mengajari anaknya berburu.
[14/5 15:42] ‪+62 813-1748-0846‬: Setiap kejadian hidup, merupakan cara Allah menzahirkan makna-makna yang dimiliki sifatNya.

Rasa-rasanya tidak ada, sebuah kejadian apapun yang tidak berkaitan dengan potensi namaNya.

Sebuah makna akan tetap abstrak sampai terzahir menjadi sesuatu yang bisa disaksikan. Ada yang ingin Allah sampaikan dari setiap kejadian.

Maka semakin hari, semakin yakin juga. Bahwa mereduksi konteks besar kehidupan yang merupakan penzahiran diriNya, menjadi tentang 'kita'; adalah sangat tidak masuk akal.

Setiap hari adalah pagelaran asmaNya. AsmaNya mewakili sifat. Sifatnya menceritakan tentang Yang Punya Sifat. Yang Punya Sifat tak akan pernah tergapai. Tapi demonstrasi kedigdayaannya tergelar-gelar berbilliun tahun.
[14/5 15:42] ‪+62 813-1748-0846‬: Mungkin itulah, setiap kali kita ingin mereduksi konteks kehidupan menjadi tentang kita, setiap itu pula kita 'wujud' dan siap-siap menahan duka lara.

Karena konteks kehidupan memang terlalu besar dan digdaya. Kita memang harus 'hilang' dan 'membiarkan' kehidupan ini sebagai penzahiran diriNya saja.

Inilah -Mungkin- sebuah kelebihan yang Allah ajarkan kepada Adam AS. Tak diajarkan pada malaikat, tak juga pada Iblis. Yaitu pengertian tentang nama-namaNya.

Sesuatu yang turun temurun dititahkan pada manusia, menjalankan peranan sekaligus memaknai setiap peran dan membaca setiap jenak hidup dengan nama Rabb yang menciptakan.

IQRO BI ISMI ROBBI